REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Laba PT Bank BNI Syariah Tbk tumbuh 89 persen mencapai Rp 65 miliar pada Juli 2013 dari Rp 34 miliar pada periode sama pada 2012. Sementara itu, aset bank hingga Juli 2013 mencapai Rp 13,4 triliun. Angka tersebut tumbuh 49,73 persen dari periode sama tahun sebelumnya, bahkan cukup tinggi dibanding rata-rata industri.
Pembiayaan per Juli sebesar Rp 9,98 triliun atau tumbuh 64,45 persen dari periode sama tahun lalu. Kemudian, dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp 10,65 triliun, naik 43,57 persen dari periode sebelumnya. DPK terdiri dari giro Rp 1,4 triliun, tabungan Rp 4,4 triliun, dan deposito Rp 4,8 triliun.
Peningkatan jumlah nasabah BNI Syariah pun cukup signifikan, dari 674 ribu nasabah pada Juli 2012 menjadi 919 ribu nasabah pada Juli 2013, atau meningkat 43 persen. Sekitar 800 ribu nasabah adalah nasabah penabung. Sementara, nasabah deposito sekitar 25 ribu dan sisanya adalah nasabah giro. Pertumbuhan nasabah penabung 11 persen, masih di atas pertumbuhan industri.
Direktur Utama BNI Syariah Dinno Indiano mengatakan, peningkatan laba bisa dilihat dari komposisi pembiayaan dan DPK. Pembiayaan tumbuh signifikan sekitar 64 persen. “Itu terjadi dari awal tahun dan cukup panjang sehingga kami bisa menikmati laba dari awal tahun,” kata Dinno, Rabu (28/8) malam.
Di sisi lain dana BNI Syariah meningkat. Tapi, yang lebih penting, kata Dinno, adalah bank bisa mempertahankan dana di Current Account and Saving Account (CASA) dengan persentase cukup bagus, yakni 52 persen. Dengan begitu, pembiayaan yang terjadi dari awal mampu membuat laba BNI Syariah menjadi cukup tinggi.
Tidak ada perubahan target laba akhir tahun BNI Syariah tetap pada angka Rp 110 miliar. Permasalahan pada kondisi moneter saat ini memang diakuinya berpengaruh pada likuiditas bank. “Tapi, alhamdulillah hubungan kami dengan induk sangat baik, jadi untuk masalah likuiditas bisa tertolong,” ucapnya.
Meski begitu, BNI Syariah tetap berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaan pada semester II ini karena permasalahan meningkatnya suku bunga. Bank tidak ingin terjebak suku bunga meningkat ketika nanti dana juga meningkat sehingga berimbas pada profitabilitas. BNI Syariah akan lebih berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaan. “Karena pricing cukup mengkhawatirkan dalam memasuki bisnis pembiayaan, khususnya cost of fund yang makin tinggi,” ujar Dinno.
BNI Syariah akan memperpendek durasi pembiayaan dan lebih waspada terhadap pembiayaan jangka panjang seperti proyek konstruksi. Namun, untuk pembiayaan kepemilikan rumah atau Griya iB Hasanah masih normal karena peningkatan ekspansinya tidak terlalu tinggi, yakni Rp 1,9 triliun.
Direktur Bisnis BNI Syariah Imam T Saptono mengatakan, dampak kenaikan kurs dolar AS terhadap rupiah cukup terbatas dirasakan oleh perusahaan. Pasalnya, eksposur valas BNI Syariah sangat rendah, yakni kurang dari lima persen sehingga dampak langsungnya relatif minimal.
Direktur Risiko dan Kepatuhan BNI Syariah Acep R Jayaprawira mengatakan, cabang-cabang yang telah dibuka tahun lalu dan tahun ini sudah mulai menghasilkan. “Pertumbuhan laba dicapai karena mesin bisnis sudah berjalan optimal,” kata dia. n qommarria rostanti ed: irwan kelana
Kinerja BNI Syariah per Juli 2013
Indikator Jumlah Kenaikan
Laba (Rp miliar) 65 89%
Aset (Rp triliun) 13,4 49,73%
Pembiayaan (Rp triliun) 9,98 64,45%
DPK (Rp triliun) 10,65 43,57%
Jumlah nasabah (ribu) 919 43%
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.