REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penembakan terhadap Bripka Sukardi menunjukkan pentingnya kerja sama semua pihak dalam mencegah aksi teror. Menko Polhukam Djoko Suyanto meminta polisi untuk meningkatkan kewaspadaan karena telah beberapa kali menjadi sasaran tembak.
Serangan terhadap aparat, khususnya yang berdinas dan berseragam, kata Djoko, tidak dapat dibenarkan dengan alasan apa pun. "Baik dari pendekatan sisi agama, sosial, kemasyarakatan, apalagi pendekatan hukum,'' kata dia, Rabu (11/9).
Menko Polhukam menjelaskan, yang bersangkutan (korban) tidak memiliki masalah apa pun dengan para pelaku. Sebalikinya, mereka malah menjadi korban aksi kekerasan dan teror yang hingga saat ini pelakunya masih diburu polisi. Kapolri Jenderal Timur Pradopo mengingatkan segenap anggota Polri bahwa kasus penembakan terhadap Bripka Sukardi harus segera tuntas. Penembakan ini, tegas Timur, jangan membuat polisi gentar dalam menjalankan tugas.
Menurutnya, polisi tidak boleh mundur sedikit pun untuk melindungi masyarakat dan menjalankan tugas dengan benar. Kehilangan nyawa, sambung Kapolri, sudah menjadi risiko yang harus diterima polisi dalam bertugas.
Sukardi ditembak orang tak dikenal di depan gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Selasa (10/9), pukul 22.30 WIB. Dia meninggal di lokasi kejadian dengan luka di leher, dada, dan perut. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto mengatakan, polisi menemukan tiga selongsong dan sebutir anak peluru. "Kita masih cari (anak peluru) dua lagi," kata dia. Sukardi ditembak dari jarak tiga meter oleh orang berjaket merah.
Polisi sudah memeriksa 11 saksi di lokasi kejadian, termasuk sopir dari enam truk yang sedang dikawal Sukardi. Polisi juga sudah menerima rekaman closed circit television (CCTV) di depan gedung KPK. Rikwanto belum memastikan kaitan kasus ini dengan kasus penembakan polisi sebelumnya.
Pada 16 Agustus malam, dua polisi ditembak di kepala dan meninggal di tempat kejadian di Pondok Aren, Tangerang, Banten. Kedua korban tewas itu adalah Aiptu Kus Hendratmadan dan Bripka Ahmad Maulana.
Sejumlah kalangan, termasuk Badan Intelijen Negara (BIN), memperkirakan kasus penembakan terhadap polisi bisa disebabkan beberapa hal. Di antaranya, dendam atas kasus yang ditangani, sengaja menebar teror, dan ingin menciptakan ketidakstabilan keamanan di masyarakat.
Belakangan, Polri memang giat melancarkan perang terhadap terorisme dan narkoba. Jika sebelumnya aksi serangan ditargetkan pada segala hal berbau Barat, penjajahan di Palestina, kini beralih polanya dengan menyerang aparat.
Ketua DPR RI Marzuki Alie mengatakan, penembakan misterius kepada polisi akhir-akhir ini merupakan teror luar biasa. "Polisi saja bisa menjadi korban, apalagi rakyat sipil yang tidak berdaya sama sekali," ujar Marzuki.
Kriminolog dari Universitas Gadjah Mada Suprapto menilai, penembakan terhadap polisi bertujuan untuk melemahkan penegakan hukum. Menurut dia, tak menutup kemungkinan kasus ini terkait dengan kasus korupsi atau dinamika di internal Polri.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyesalkan dan mengecam insiden penembakan Sukardi. Presiden menyampaikan duka cita kepada keluarga korban dan memerintahkan Kapolri untuk segera menangkap pelakunya karena kasus ini bukan yang pertama kali. n esthi maharani/dyah ratna meta novia/c91/gilang akbar prambadi/bilal ramadhan/antara ed: m ikhsan shiddieqy
Bidikan Penembak Misterius
Anggota Provost Ditpolairud Mabes Polri Bripka Sukardi ditembak orang tak dikenal di depan gedung KPK, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Selasa (10/9) pukul 22.30 WIB. Ketika itu, Sukardi sedang mengawal truk kontainer yang berangkat dari daerah Tanjung Priok, Jakarta Utara, menuju Mampang, Jakarta Selatan.
Sekitar pukul 22.10 WIB, Sukardi mengendarai sepeda motor bernomor polisi B 6671 TXL melintas di jalur lambat Jalan Rasuna Said. Dia mengawal enam truk bermuatan besi dan baja.
Sekitar pukul 22.20 WIB, iring-iringan Sukardi dan enam truk melintas di depan gedung KPK. Sukardi berada di posisi paling depan. Dua sepeda motor memepet Sukardi. Laju satu dari dua sepeda motor itu terhenti. Sukardi tetap melaju.
Tiba-tiba, seorang yang duduk di bagian belakang motor mengarahkan pistol ke arah Sukardi dan melepaskan dua tembakan. Bripka Sukardi tersungkur di jalan. Dia berusaha mengeluarkan pistolnya. Sopir-sopir kontainer berhenti, tapi tidak turun dari kendaraannya.
Pengendara motor yang berhenti di depan KPK turun dan menghampiri Sukardi. Orang tak dikenal itu menembakkan peluru ke arah dada Sukardi dari jarak dekat hingga tewas. Dia juga mengambil pistol milik Sukardi. Kemudian, penembak misterius itu kembali ke motor lalu ngebut dengan motor lainnya. Seorang perempuan mengenakan helm putih mengendarai motor Mio warna merah berhenti di depan KPK. Dia berteriak ke arah satpam KPK "Polisi. Polisi ketembak," sambil menunjuk ke Sukardi.
Sekitar pukul 22.45 WIB, Sukardi dibawa ke rumah sakit menggunakan ambulans.
Sumber: Mabes Polri Pengolah: gilang akbar prambadi/ratna puspita
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.