Jumat 01 Nov 2013 08:45 WIB
Penyadapan Telepon

AS Sadap Yahoo dan Google

Gedung Badan Keamanan Nasional AS (NSA) di Fort Meade, Maryland, AS.
Foto: AP PHOTO
Gedung Badan Keamanan Nasional AS (NSA) di Fort Meade, Maryland, AS.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Operasi intelijen Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA) menggurita ke mana-mana. Tak hanya menyadap komunikasi warga dan para pemimpin dunia, NSA diam-diam juga meretas jalur utama Yahoo dan Google. Padahal, jalur tersebut membawa data komunikasi seluruh pengguna dua perusahaan raksasa internet itu.

Kabar mengenai penyadapan NSA terhadap Yahoo dan Google dilansir oleh surat kabar Inggris, the Guardian, Rabu (30/10), yang mengutip laporan the Washington Post. Seperti sebelumnya, laporan kali ini pun didasarkan pada kesaksian mantan pakar komunikasi intelijen NSA yang mendapat suaka sementara di Rusia, Edward Snowden.

Dalam laporan itu disebutkan, NSA menyadap dan mengumpulkan informasi dari ratusan juta pengguna akun dua raksasa internet tersebut. NSA bersama mitranya dari Inggris, GCHQ, menyalin data dalam jumlah besar yang mengalir melalui kabel serat optik. Padahal, data tersebut membawa salinan informasi dari Silicon Valley menuju pusat data di seluruh dunia.

Pihak Google segera bereaksi menyusul laporan ini. Dalam sebuah pernyataan, Kepala Bagian Hukum Google David Drummond menegaskan, pihaknya mengecam tindakan penyadapan tersebut. Telah sejak lama, kata Drummond, perusahaannya khawatir dengan kemungkinan penyadapan. Karena itu, pihaknya telah memperluas enkripsi pada seluruh layanan Google. Dalam pernyataan itu, Drummond juga menegaskan, perusahaannya tak pernah pemerintah (AS) tampaknya sudah mencegat data dari jaringan serat optik pribadi kami,” ujarnya.

Selain itu, Yahoo menyatakan, pihaknya memiliki kontrol ketat untuk melindungi pusat data. Seperti halnya Google, Yahoo pun tak pernah memberi izin kepada NSA atau instansi pemerintah lainnya untuk mengakses pusat data. Sejauh ini belum ada tanggapan resmi dari Pemerintah AS atas tudingan penyadapan terhadap Google dan Yahoo.

 

Membantah

Pada saat yang sama, NSA juga dituding menguping komunikasi di Takhta Suci Vatikan. Namun, NSA segera membantah tudingan yang pertama kali dilansir majalah Panorama tersebut. Di salah satu artikelnya, Panorama menyebutkan, NSA menyadap panggilan telepon Vatikan. NSA juga diduga menyadap pembicaraan para kardinal ketika membahas calon penerus Paus Benediktus.

Seperti dilaporkan Reuters, Kamis (31/10), NSA menegaskan bahwa pihaknya tak mungkin menyadap pembicaraan para kardinal ataupun Paus di Vatikan. “NSA sama sekali tidak pernah menargetkan Vatikan sehingga apa yang termuat di majalah Panorama sama sekali tidak benar,” ujar Juru Bicara NSA Vanee Vines.

Artikel yang ditulis berdasarkan kesaksikan Snowden itu menyebut, NSA telah memonitor 46 juta panggilan telepon di Italia. Penyadapan itu berlangsung sejak 10 Desember hingga 8 Januari 2013. Disebutkan, NSA mengklasifikasi pembicaraan Vatikan dalam empat kategori, yaitu kepemimpinan, ancaman terhadap sistem keuangan, tujuan kebijakan luar negeri, dan hak asasi manusia.

Saat dikonfirmasi tentang hal ini, Vatikan mengatakan tak mengetahui kegiatan tersebut. “Karena itu, Vatikan sama sekali tak khawatir dengan penyadapan,” kata Juru Bicara Vatikan Pastor Federico Lombardi. n ichsan emrald alamsyah ed: wachidah handasah

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement