REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Harga emas menekan inflasi indeks harga konsumen (IHK) Oktober 2013. Sepanjang Oktober, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat IHK mengalami inflasi 0,09 persen. “Pergerakan harga internasional mendorong penurunan harga emas sehingga dapat menekan inflasi,” kata Kepala BPS Suryamin di Jakarta, Jumat (1/11).
Selain emas, bawang merah juga menjadi penghambat inflasi. Stok bawang yang cukup di sebagian kota survei IHK membuat harga bawang turun 13,08 persen. Cabai merah masih menjadi faktor pendorong inflasi, yaitu sebesar 0,18 persen. Pasokan yang minim di sentra produksi dan kenaikan permintaan mendorong naiknya harga cabai sebesar 34,09 persen. Angkutan udara memberi kontribusi 0,05 persen terhadap inflasi karena meningkatnya permintaan angkutan dan kenaikan harga di beberapa kota.
Rokok juga ikut mendorong terjadinya inflasi, yaitu sebesar 0,02 persen. Naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi berkontribusi 0,02 persen terhadap inflasi.
Dari 66 kota indeks harga konsumen (IHK) yang disurvei BPS, 39 kota mengalami inflasi dan 27 kota lainnya terjadi deflasi. Inflasi tertinggi ada di Sibolga sebesar 1,25 persen dan inflasi terendah di Samarinda, yaitu 0,04 persen. Deflasi tertinggi ada di Ambon, yaitu 3,82 persen. “Hal ini disebabkan oleh turunnya harga sayur dan ikan segar,” ujar Suryamin.
Inflasi Oktober 2013 dinilai jauh lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada 2012 BPS mencatat inflasi sebesar 0,16 persen. Namun, pada Oktober 2011 Indonesia mengalami deflasi. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) berharap inflasi sepanjang 2013 bisa ditekan di bawah sembilan persen. Hal tersebut mengingat inflasi November biasanya rendah walaupun Desember cenderung tinggi.
BPS menyatakan, inflasi year on year tercatat sebesar 8,32 persen dan tingkat inflasi tahun kalender (Januari-Oktober) sebesar 7,66 persen. “Kalau begitu, target sampai akhir tahun mudah-mudahan bisa di bawah sembilan persen karena sisanya tinggal bulan November-Desember. November biasanya rendah, Desember agak tinggi,” ujar Menteri Keuangan (Menkeu) M Chatib Basri.
Chatib memperkirakan, November akan terdapat inflasi, tetapi relatif tidak besar. Namun, inflasi Desember diprediksikan akan besar. “Mudah-mudahan inflasi bisa di bawah sembilan persen, jadi bisa lebih baik dari perkiraan kita,” ujarnya.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo menyatakan, inflasi tahunan diperkirakan bisa berada di bawah sembilan persen. Namun, hal itu sangat bergantung pada inflasi dua bulan terakhir tahun fiskal 2013. Kalau November dan Desember inflasinya di bawah setengah persen, kata Sasmito, maka inflasi tahunan bisa di bawah sembilan persen.
Sasmito memperkirakan, bulan depan inflasi bisa ditekan sekecil mungkin. Hal pendorong inflasi bulan depan salah satunya adalah kegiatan prapemilihan umum (pemilu). Kegiatan prapemilu akan dimulai dua bulan terakhir 2013. “Akan banyak calon legislatif yang mencetak kaos dan selebaran yang berarti akan menghidupkan kegiatan industri kecil,” kata Sasmito. Akan tetapi, ia melanjutkan, kegiatan prapemilu ini diperkirakan tidak memberikan dampak terlalu besar. Dampak kegiatan tersebut hanya berkisar 0,01 persen terhadap inflasi.
Hal lain yang memengaruhi inflasi adalah kenaikan upah buruh. Namun, dampak kenaikan upah buruh tidak akan memberikan pengaruh besar terhadap inflasi. Rasionya diperkirakan hanya 0,01 sampai 0,02 persen. Dampak kenaikan upah buruh, kata Sasmito, baru akan mulai terlihat di Desember. “Yang pasti Januari-Februari 2014 sudah ada dampaknya,” ujar Sasmito.
Mengenai inflasi Oktober 2013, Sasmito menerangkan bahwa hal itu akibat adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks beberapa kelompok pengeluaran, yaitu makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,55 persen. Selain itu, kelompok perumahan, air, listrik gas, dan bahan bakar juga mengalami inflasi 0,26 persen.
Kelompok kesehatan inflasi 0,33 persen, kelompok pendidikan rekreasi mengalami inflasi 0,31 persen, dan kelompok transportasi, komunikasi, serta jasa keuangan mengalami inflasi 0,53 persen. Kelompok yang mengalami deflasi, yaitu kelompok bahan makanan sebesar 0,62 persen dan kelompok sandang sebesar 0,56 persen. n friska yolandha/satya festiani ed: eh ismail
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.