Selasa 26 Nov 2013 05:25 WIB
Kualitas Guru

Mutu Guru Dipersoalkan

Perayaan Hari Guru Nasional
Foto: Antara
Perayaan Hari Guru Nasional

REPUBLIKA.CO.ID, PEMATANG SIANTAR — Peringatan Hari Guru Nasional ke-68 yang jatuh pada 25 November 2013 diwarnai dengan sejumlah penilaian terhadap guru. Mulai dari peningkatan kesejahteraan guru yang tak diiringi dengan peningkatan mutu pendidikan hingga sebaliknya banyak guru yang belum sejahtera.

Dari Pematang Siantar, Sumatra Utara, Dewan Pendidikan Kota Pematang Siantar menilai naiknya kesejahteraan kehidupan para guru yang lebih dari cukup tidak selaras dengan meningkatnya mutu pendidikan. “Khususnya guru bersertifikat sudah sejahtera, tetapi pendidikan di kota ini masih biasa-biasa saja, tidak ada perkembangan,” ujar anggota Dewan Pendidikan Kota Pematang Siantar Jansen Napitu, Senin (25/11).

Kondisi ini, kata Ketua Komite SMA Negeri 4 Pematangsiantar ini, karena para guru bersertifikasi itu yang seharusnya mengembangkan profesionalisme dalam mengajar malah lebih mengejar pencairan dana sertifikasi dengan meninggalkan jam belajar. Sedangkan di banyak profesi lain yang jam bekerja sesuai ketentuan undang-undang ketenagakerjaan, mendapat honor yang jauh di bawah standar atau tidak sebanding dengan yang diterima guru bersertifikasi.

Ia memisalkan, pejabat eselon IV C masih bergaji kira-kira Rp 3 juta, penjaga malam di rumah sakit menerima gaji tidak sesuai pengupahan. Demikian juga guru-guru swasta yang belum bersertifikasi dan mengajar di pelosok kota.

Di Sumatra Selatan, Dinas Pendidikan provinsi setempat  juga menyebutkan kesejahteraan guru semakin meningkat. Namun, pemerintah meminta kepada seluruh guru yang ada di daerah tersebut untuk meningkatkan disiplin dalam kegiatan mengajar dan belajar. “Saya rasa tingkat kedisiplinan para guru tersebut perlu dimaksimalkan lagi sehingga hasilnya akan lebih baik,” ujar Kepala Dinas Pendidikan Sumatra Selatan Widodo.

Selain disiplin, menurutnya, tenaga pendidik perlu meningkatkan kualitas diri dengan menambah ilmu pengetahuan, baik melalui perguruan tinggi maupun mengikuti pelatihan-pelatihan. Hal ini karena pihaknya akan memfasilitasi bila guru ingin melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Berbeda dengan kondisi kesejahteraan guru di Indonesia bagian barat tadi, banyak guru di Kabupaten Jayapura, Papua, mengabdi dalam segala kekurangan. Menurut Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Jayapura Alpius Toam, guru di daerahnya bekerja dalam berbagai keterbatasan dan kesulitan sehingga tetap melaksanakan tugasnya dalam kondisi yang terbatas.

Menurut Alpius, pihaknya sedih ketika ada guru yang datang menghadap kepada Dinas Pendidikan dan mengeluh mengenai kondisi tempat mengajar yang tidak tersedia fasilitas apa-apa. “Para guru ini mengatakan tidak mungkin tidur di atas SK (surat keputusan) saja, namun karena keterpanggilannya dalam mengabdi, mereka tetap bertahan di tempat tugas,” ujarnya.

Dari Jakarta, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh mengatakan, guru dan tenaga kependidikan menjadi faktor penentu keberhasilan pendidikan. Sehingga, mau tidak mau harus ditingkatkan ketersediaan dan profesionalitasnya.

Saat ini, pemerintah sedang melakukan penataan sistem pendidikan guru, pelatihan berkelanjutan, pelindungan, dan peningkatan kesejahteraan guru. Ia juga memberikan dukungan penuh agar PGRI bisa menjadi organisasi profesi guru yang kuat sehingga menghasilkan guru yang mampu mengembangkan kemampuannya secara mandiri, mampu sebagai sumber inspirasi dan keteladanan, kreatif, inovatif, dan menegakkan kode etik guru sebagai profesi. “Kita semua berharap para guru dan tenaga kependidikan kita menjadi pembelajar dan pendidik sejati,” kata Nuh. n fenny melisa/andi nur aminah/antara ed: muhammad hafil

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement