REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA) kembali menjadi buah bibir dan memicu keprihatinan internasional. Lembaga intelijen AS tersebut diyakini telah menyadap setidaknya 100 ribu komputer di berbagai negara. Tujuannya tentu saja untuk memata-matai negara lain.
Mengutip sejumlah dokumen dari NSA, the New York Times pada Selasa (14/1) melaporkan, ratusan ribu komputer yang dimata-matai badan intelijen Negeri Paman Sam itu, antara lain, milik institusi militer Cina dan Rusia. Melalui penyadapan komputer itu, NSA juga memata-matai lembaga-lembaga penting di India, Arab Saudi, Pakistan, dan Uni Eropa (UE).
Dalam aksi penyadapan ini, NSA memasang sebuah perangkat khusus pada komputer-komputer tersebut. Seperti diberitakan the New York Times, NSA menggunakan teknologi radio bergelombang tinggi untuk mendapatkan akses terhadap komputer lain yang dienkripsi atau mesin-mesin yang tak tersambung ke internet.
Lebih lanjut harian ini melaporkan, NSA memasukkan papan sirkuit kecil ke komputer-komputer itu selama beberapa tahun terakhir. Teknologi ini memungkinkan mesin yang tidak terhubung dengan internet dapat disadap.
Dokumen NSA yang dipublikasi the New York Times juga menyebutkan, langkah tersebut merupakan bagian dari upaya pertahanan aktif yang ditujukan untuk memantau unit-unit tentara Cina dan Rusia, kartel narkoba, lembaga-lembaga perdagangan UE, dan beberapa negara sekutu AS, termasuk Arab Saudi, India, dan Pakistan.
Di antara negara-negara tersebut, tulis surat kabar AS itu, tentara Cina merupakan pihak yang paling sering diintai. Selama ini, AS menuding tentara Cina melancarkan serangan siber secara reguler terhadap sektor industri dan militer AS. Dalam melakukan serangan siber itu, Cina diyakini menempatkan perangkat lunak serupa pada sistem komputer perusahaan-perusahaan atau instansi pemerintah AS.
Terkait hal itu, NSA mengatakan, cara Cina tersebut tidak pernah mereka lakukan, kecuali hanya untuk pertahanan negara.
Juru Bicara NSA Vanee Vines mengatakan, kegiatan badan intelijen AS ini hanya difokuskan dan dikerahkan khusus untuk melawan target intelijen asing yang valid. “Hal itu kami lakukan untuk memenuhi persyaratan dan kebutuhan intelijen,” ujar Vines seperti dilansir Aljazirah, Rabu (15/1).
Pihaknya, kata Vines, tak menggunakan kemampuan intelijen untuk mencuri informasi rahasia perusahaan-perusahaan asing. “Kami juga tak menggunakan kemampuan intelijen yang kami miliki untuk meningkatkan daya saing internasional perusahaan-perusahaan kami.” n alicia saqina/ap/reuters ed: wachidah handasah
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.