Senin 27 Jan 2014 08:17 WIB
Krisis Ekonomi AS

Berkah Restoran Global AS

Gerai Starbucks coffee di Beijing,Cina.
Foto: Reuters/Jason Lee
Gerai Starbucks coffee di Beijing,Cina.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Friska Yolandha

Ekonomi Amerika Serikat (AS) yang sempat terpuruk kembali bangkit. Hal ini tampak dari baiknya keuntungan yang diterima sejumlah perusahaan AS yang mengelola jaringan restoran global. Laba Starbucks, misalnya, meningkat 25 persen didorong penjualan yang kuat di seluruh dunia. Perusahaan kopi yang berbasis di Seattle ini menyatakan, penjualan global meningkat lima persen.

Direktur Keuangan Perusahaan Troy Alstead mengatakan, pertumbuhan tumbuh tipis lantaran pergeseran kebiasaan masyarakat yang lebih banyak belanja online daripada langsung ke toko. "Dampaknya pada kami adalah sedikitnya orang yang datang untuk membeli kopi, terutama pada pekan menjelang Natal," kata Alstead, dilansir laman AP.

Kepala Eksekutif Perusahaan (CEO) Howard Schultz mengatakan, Starbucks tidak akan meremehkan tren belanja ke depan. Keuntungan Starbucks berasal dari penjualan langsung yang tidak dapat direplikasi secara online.

Starbucks, ke depan, menggunakan sejumlah strategi untuk meningkatkan penjualan, misalnya, dengan menambah menu, seperti sandwich agar pelanggan memiliki alternatif selain kopi. Starbucks juga memiliki opsi penjualan salad agar pengunjung bisa datang kapan saja, tidak hanya pada jam sibuk.

Perusahaan yang kini memiliki lebih dari 20 ribu jaringan restoran ini juga membidik pasar baru, yaitu teh. Starbucks telah membuka kafe teh pertamanya di New York City, tahun lalu. Starbucks menyatakan, ini merupakan upaya perseroan untuk membudayakan teh, setelah kopi.

Sampai akhir 2013, perseroan memperoleh laba sebesar 540,7 juta dolar AS atau 71 sen per saham. Nilai ini lebih tinggi dari ekspektasi analis, yaitu sebesar 69 sen per saham. Tahun lalu, perseroan hanya mampu membukukan laba 57 sen per saham.

Sementara itu, jaringan makanan cepat saji McDonald's membukukan laba 1,4 miliar dolar AS atau 1,4 dolar AS per lembar saham. Laba ini naik tipis dibandingkan perkiraan Wall Street, yaitu 1,39 miliar dolar AS. Meskipun demikian, penurunan penjualan di sepanjang kuartal IV 2013 turun karena berkurangnya pelanggan.

Perusahaan yang berbasis di Oak Brook ini menyatakan, penjualan global tergelincir 0,1 persen sepanjang tiga bulan terakhir. Jumlah pelanggan turun 1,9 persen secara global dan 1,6 persen di AS. Penjualan McDonald's di Asia, Timur Tengah, dan Afrika turun 2,4 persen. Tapi, di Eropa penjualan naik tipis satu persen.

Penurunan penjualan disebabkan persaingan yang semakin ketat antarperusahaan makanan cepat saji, seperti Burger King dan Wendy's. Selain itu, perseroan mencatat adanya perubahan kebiasaan makan masyarakat yang lebih sehat.

Tahun ini, McDonald's memperkirakan, pertumbuhan kuartal pertama akan datar. "Tantangan ini akan bertahan hingga tahun mendatang," tulis pernyataan McDonald's. Untuk meningkatkan keuntungan, McDonald's akan membuka 1.500-1.600 restoran baru. Restoran ini melengkapi restoran yang tersebar di 34 ribu lokasi yang sudah ada. n ed: fitria andayani

Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement