REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sopir angkutan kota (angkot) yang menempati Terminal Lebak Bulus melancarkan aksi demo, Senin (27/1). Mereka berunjuk rasa dengan berhenti beroperasi sejak pukul 09.00 WIB.
Mereka memprotes kebijakan pihak Jakarta mass rapid transit (MRT) yang akan menutup terminal angkutan dalam kota di Lebak Bulus. Amar (43 tahun), salah satu sopir angkot, mengaku sangat kecewa kepada Pemerintah DKI Jakarta dan MRT.
Ia menyatakan, satu-satunya terminal di Jakarta Selatan ini seharusnya hanya tertutup untuk bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP). Para sopir meminta agar bisa menarik penumpang dari terminal.
“Kita cuma minta buat ngetem di dalam terminal, itu saja,” ujar Amar. Menurutnya, jika para sopir tak diperbolehkan mengangkut penumpang dari dalam Terminal Lebak Bulus, mereka akan kesulitan mencari penumpang.
Para sopir juga menyatakan tidak menolak adanya MRT dan pembangunannya. Namun, mereka menegaskan agar ada solusi yang lebih manusiawi. Mereka mengaku, dengan senang hati akan meninggalkan terminal satu-satunya di Jakarta Selatan ini dengan syarat sudah tersedia lahan yang juga berada di Jakarta Selatan. “Kalau mau ditutup, silakan saja asal tidak ditutup sembarangan,” ucapnya.
Dewi (38 tahun), salah satu pedagang di Terminal Lebak Bulus, menuding pihak Dinas Perhubungan DKI dan MRT Jakarta tak konsisten. “Setelah demo, waktu itu sudah ada kesepakatan yang pindah cuma bus AKAP,” ujarnya.
Ia mengaku, kepindahan bus AKAP saja sudah berpengaruh pada penghasilannya, apalagi jika keseluruhan terminal ditutup. Terkait janji Gubernur DKI Joko Widodo soal relokasi pedagang, menurutnya, dipindah ke tempat berdagang yang jauh sama saja mengusir.
Aksi ini tak cuma berwujud menghentikan operasional angkutan kota, tapi para pendemo juga menutup separuh jalan di depan Terminal Lebak Bulus. “Macet dari Arteri Pondok Indah sepanjang Jalan Fatmawati dan Cilandak yang menuju arah Lebak Bulus,” ujar Wakapolsek Cilandak Febri.
Dia menambahkan, pihak Polsek Cilandak juga tidak mengetahui akan ada aksi demo. Kemacetan terjadi sejak pukul 09.00 WIB saat para sopir mulai menepikan mobil mereka dan memblokir sebagian jalan, mulai dari depan Point Square sampai di depan Terminal Lebak Bulus.
Namun, sampai pukul 12.00 WIB, arus kemacetan mulai bisa dilerai. Para sopir yang berdemo menghentikan aksi mereka dan mulai beroperasi seperti biasa.
Saat aksi mogok terjadi, sejumlah pengguna angkot pun terbengkalai. Nadia dan Imey (19 tahun), pengguna angkot, merasa direpotkan dengan kejadian ini. “Repot banget, nggak bisa ke mana-mana,” ujar mereka. Mereka berdua berangkat dari arah Senayan menuju Ciputat dan biasa menggunakan angkot 102. Imey menuturkan bahwa saat bus berada di depan Point Square, Lebak Bulus, kernet angkot menyuruh seluruh penumpang untuk turun.
Penumpukan penumpang juga terpantau di Pasar Jumat. Para penumpang yang diturunkan sebelum masuk Terminal Lebak Bulus terpaksa berjalan kaki menuju Pasar Jumat karena tidak adanya angkot yang beroperasi.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono membantah isu penutupan Terminal Lebak Bulus dari layanan angkot. Pristono mengatakan, sesuai rencana awal, terminal hanya ditutup bagi layanan bus AKAP. “Itu tidak benar. Takutnya ada orang yang menghasut. Angkot dan Transjakarta tetap beroperasi seperti biasa,” ujar dia, Senin (27/1).
Pristono menduga, isu penutupan terminal dari angkot muncul akibat banyaknya alat berat yang mulai memasuki area terminal. Sehingga, kata dia, para sopir mengira lahan mereka juga bakal digusur. Padahal, lokasi yang akan terkena dampak pembangunan MRT hanya di bekas tempat bus AKAP. “Kalau ada pembangunan, yang angkutan dalam kota itu paling hanya terkena geser sedikit. Tapi, tetap beroperasi,” jelas dia. n c56/halimatus sa'diyah ed: wulan tunjung palupi
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.