Jumat 21 Feb 2014 12:15 WIB

Gas Metana Tak Masuk Neraca Gas

Kegiatan di Stasiun Penerima dan Penyalur Gas milik Perusahaan Gas Negara (PGN) di Serang, Banten/Ilustrasi
Foto: Antara
Kegiatan di Stasiun Penerima dan Penyalur Gas milik Perusahaan Gas Negara (PGN) di Serang, Banten/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) merevisi neraca gas Indonesia. Dalam revisi terbaru, produksi gas seperti gas metana batu bara (CBM) dan shale gas tidak masuk dalam perhitungan neraca gas.

Direktur Pembinaan Program Migas Kementerian ESDM Naryanto Wagimin mengatakan, CBM dan shale gas tidak dimasukkan ke dalam neraca gas karena produksi masih minim. ''Untuk sementara CBM belum dimasukkan dalam neraca gas karena dari 54 PSC, hanya satu dua yang telah berproduksi. Tetapi produksinya kan kecil juga, cuma nol koma,” ujar dia, di Jakarta, Kamis (20/2).

Sedangkan untuk shale gas, tidak masuk neraca karena di Indonesia baru mulai dikembangkan, belum ada lapangan yang berproduksi. Shale gas adalah gas alam dari serpihan batuan shale atau tempat terbentuknya gas bumi. Sebagian besar shale gas terdiri atas metana dan merupakan gas alam nonkonvensional.

Naryanto meminta tidak dibandingkan dengan shale gas di AS. Pasalnya, produksi negara tersebut sudah banyak. Pengembangan shale gas di negara itu sudah dilakukan sejak 20 tahun lalu. Naryanto menerangkan, dalam revisi neraca gas itu akan dilakukan pembaruan dari sisi permintaan dan pasokan hingga 20 tahun ke depan. Selain itu, juga dilakukan pemetaan infrastruktur untuk mendukung pengembangan gas di Indonesia.

Dia menilai, dulu, infrastruktur untuk mendukung gas masih sederhana, hanya berdasarkan permintaan. Karena itu, belum memiliki sistem. Rencananya, kata Naryanto, neraca gas ini akan terus diperbarui setiap tahun atau jika ditemukan cadangan migas baru dan peningkatan konsumsi yang signifikan. Neraca gas merupakan gambaran kemampuan pasokan dan kebutuhan gas bumi nasional yang diharapkan dapat menjadi acuan dalam rangka menjamin kebutuhan gas bumi.

Sementara, PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk mengharapkan para pelaku usaha gas lain untuk turut membangun infrastruktur gas di seluruh Indonesia. Partisipasi tersebut diperlukan agar pemanfaatan sumber bumi itu bisa diterapkan secara merata.

Direktur Utama PGN Hendi Prio Santoso mengatakan, saat ini PGN memiliki pipa sepanjang sekitar 6.000 kilometer (km) di Pulau Sumatra dan Jawa. PGN menyalurkan gas bumi di lebih dari 100 ribu pelanggan.

"Dari jumlah itu, lebih dari 98 ribu pelanggan adalah rumah tangga dan komersial seperti warung bakso, pempek, dan usaha kecil lainnya," kata Hendi. n aldian wahyu ramadhan/antara ed: zaky al hamzah

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement