Perubahan kurikulum sebagai salah satu upaya dalam menghadapi berbagai tantangan saat ini dan pada masa yang akan datang merupakan sebuah keniscayaan. Perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu cepat serta perbedaan karakteristik pembelajar dari waktu ke waktu seakan memaksa kurikulum yang ada untuk segera “berevolusi”.
Adapun salah satu tantangan yang dihadapi oleh dunia pendidikan saat ini adalah mengemukanya fenomena negatif di kalangan pelajar. Mulai dari perkelahian antarpelajar, peredaran narkoba, sampai dengan pergaulan bebas tampaknya (masih) sulit dilepaskan dari kehidupan pelajar saat ini. Atas dasar inilah, pemerintah kemudian melakukan perubahan pada kurikulum sekolah yang kemudian kita kenal dengan Kurikulum 2013.
Salah satu hal mendasar dalam kurikulum baru ini adalah bergesernya orientasi pembelajaran. Pendidikan tidak lagi menitikberatkan pada aspek koginitf (pengetahuan), tapi lebih berfokus pada perkembangan sikap (spiritual dan sosial) peserta didik.
Konsekuensinya, orang tua (seharusnya) lebih berperan dalam tercapainya tujuan pembelajaran tersebut. Hal ini disebabkan penanaman nilai-nilai spiritual dan sosial tentunya akan lebih banyak dilakukan di rumah di mana anak menghabiskan sebagian besar waktunya.
Namun, konsekuensi logis dari perubahan orientasi pembelajaran ini tidak dibarengi dengan upaya untuk melibatkan para orang tua dalam proses pendidikan. Diklat-diklat maupun penataran baru diberlakukan untuk para guru.
Sementara untuk memberikan pemahaman kepada orang tua tentang apa yang harus mereka lakukan di rumah, pemerintah belum mampu berbuat maksimal. Pemerintah hanya melakukan sosialisasi melalui iklan layanan masyarakat tentang pentingnya Kurikulum 2013.
Mengingat pentingnya peran orang tua dalam Kurikulum 2013 ini, tak ada jalan lain bagi sekolah selain merangkul mereka untuk berperan aktif dalam menyukseskan tercapainya tujuan pembelajaran. Kegiatan-kegiatan, seperti parenting skills maupun kegiatan lainnya yang dilakukan secara berkesinambungan, diharapkan mampu memberikan pemahaman tentang pentingnya peran mereka dalam menindaklanjuti proses pendidikan yang dilakukan di sekolah. Melalui kegiatan-kegiatan semacam ini, orang tua akan lebih memahami tentang hal-hal apa saja yang harus dilakukan dalam upaya untuk menanamkan sikap pada anak.
Membiasakan anak agar shalat tepat waktu, menghargai teman maupun tetangga merupakan nilai-nilai yang harus ditanamkan oleh orang tua di rumah. Selain itu, orang tua pun diharapkan mampu melindungi anaknya dari berbagai tayangan yang tidak mendidik, seperti tayangan-tayangan yang berbau kekerasan maupun pornografi.
Melalui peran aktif orang tua di rumah, kita berharap kebijakan untuk melakukan perubahan kurikulum yang menelan anggaran yang cukup besar tersebut memberikan implikasi positif bagi dunia pendidikan. Dengan begitu, generasi emas yang selama ini dicita-citakan pun dapat terwujud. ed: andi nur aminah
Ramdhan Hamdani
Guru SMAIT Assyifa Boardingschool, Subang, Jawa Barat