Apa catatan dalam pelaksanaan ibadah haji tahun ini?
Ada perbedaan layanan dengan tahun lalu. Tahun ini ada inisiatif baru. Pertama, terkait rute penerbangan. Pada tahun sebelumnya, jamaah lebih banyak mendarat di Jeddah sehingga masih ada sekitar 33 ribu jamaah yang harus menempuh jalan darat dari Jeddah ke Madinah.
Penerbangan jamaah haji Indonesia gelombang satu kini langsung mendarat di Madinah. Gelombang dua ke Jeddah. Jadi, tidak ada lagi perjalanan ke Madinah lewat jalur darat. Ini mengurangi risiko kelelahan.
Soal pemondokan, di Madinah semuanya telah berada di wilayah Markaziah yang jaraknya dengan Masjid Nabawi sekitar 650 meter. Tahun lalu, ada 17 ribu jamaah di luar area itu. Di Makkah, jamaah berada di 111 hotel dengan layanan minimal setara hotel bintang tiga.
Ada juga catatan yang kurang bagus. Salah satunya, soal transportasi jamaah dari Madinah ke Makkah. Karena tidak di-upgrade bus yang diperoleh berkualitas jelek. Ada hambatan bahkan bus mogok di tengah perjalanan.
Bagaimana dengan keluhan jamaah soal fasilitas pendingin di Arafah?
Dalam proses wukuf di Arafah ada inisiatif baru. Kita minta muasasah, lembaga yang ditunjuk Pemerintah Saudi untuk melayani jamaah asal Asia Tenggara, menyediakan ambal. Ambal yang diberikan tidak seperti dulu, tipis. Sekarang diberikan ambal yang tebal dan nyaman.
Lalu, ada pendingin ruangan. Meski harus diakui ada pendingin yang tidak berfungsi. Kita tidak mau terima begitu saja. Yang tidak berfungsi tidak kita bayar.
Jumlah jamaah yang meninggal tahun ini meningkat lebih dari 100 persen, apa tanggapan Anda?
Peningkatan itu meningkat drastis karena dua insiden, yaitu jatuhnya crane dan Mina. Meski begitu, jamaah yang wafat dalam keadaan normal juga meningkat. Hal ini berkaitan dengan kebijakan mengenai jamaah lansia atau yang berusia di atas 75 tahun.
Dalam proses pelunasan, saya tidak ingin ada sisa kuota. Oleh karena itu, proses pelunasan dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama diberikan pada calon jamaah yang belum pernah berhaji dan kami beri waktu sebulan.
Sisa kuota yang tidak melunasi, kita berikan pada antrean calon jamaah yang sudah pernah berhaji dan memiliki jatah kursi. Selain itu, diberikan juga pada lansia. Antrean haji kita kan panjang. Berpuluh-puluh tahun.
Kalau orang tua tidak diberikan kesempatan, atas pertimbangan kemanusiaan, akan mengalami hambatan ke depannya. Mungkin saja lansia memiliki risiko penyakit. Ini faktor dilematis. Kalau mau mudah bisa saja tidak perlu memberikan kesempatan haji pada lansia atas dasar istithaah tapi apakah ini tindakan bijak?
Apa yang akan dievaluasi untuk penyelenggaraan haji tahun depan?
Harus komprehensif. Mulai dari proses penyewaan pemondokan, kita harus lakukan lebih dini. Paket layanan pada jamaah juga harus ditentukan lebih dini. Hal itu menjadi syarat kita mengajukan visa.
Proses visa bersinggungan dengan dua kementerian, yakni Kementerian Luar Negeri dan Haji Arab Saudi. Kita harus memenuhi syarat dari dua kementerian itu dan ini berlaku untuk semua negara. Oleh Ahmad Fikri Noor ed: Ferry Kisihandi