Rabu 20 Aug 2014 12:00 WIB

Gaza tak Punya Lagi Perusahaan Obat

Red:

GAZA - Gaza kini tak punya lagi perusahaan obat yang bisa menyuplai obat-obatan yang diperlukan masyarakatnya. Militer Israel telah menghancurkan satu-satunya perusahaan obat yang selama ini berada di wilayah Palestina yang dikuasai Hamas tersebut.

Pejabat eksekutif perusahaan obat Gaza, Dr Marwan Al-Astal, mengatakan, serangan militer Israel telah memorak-porandakan gedung perusahaan obat di Jalur Gaza. "Bom Israel membuat kerusakan masif dan menyebabkan kerugian sebesar setengah juta dolar AS," kata Marwan, seperti dilansir Ma'an News Agency, Senin (18/8).

Marwan yang juga general manager Laboratorium Farmasi dan Kosmetik Timur Tengah (Megapharm) melanjutkan, serangan udara militer Israel telah menghantam peralatan, bahan baku, dan pembangkit listrik perusahaan obat satu-satunya di Gaza. Dia pun mengutuk serangan Israel lantaran perusahaan obat hanya memproduksi obat-obatan.

"Seharusnya, Israel tidak memiliki alasan untuk menargetkan perusahaan. Mereka mengetahui perusahaan tersebut hanyalah perusahaan obat. Saya tak habis pikir," kata Marwan. Dia memperkirakan, perusahaan membutuhkan setidaknya dua bulan untuk memulihkan dan membangun kembali apa yang telah dihancurkan Israel.

Seorang pejabat senior PBB mengatakan, Jalur Gaza telah mengalami kerusakan dan kehancuran terparah yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kehancuran akibat invasi militer Israel kali ini mencapai tiga kali lebih buruk dari kerusakan yang disebabkan serangan Israel terhadap Gaza pada 2008-2009.

Utusan PBB dari Timur Tengah Robert Serry mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa rekonstruksi Gaza tetap menjadi prioritas utama setelah gencatan disepakati antara Palestina, Hamas, dan Israel. "Bahan konstruksi harus diizinkan masuk ke Gaza dan akses mereka ke Gaza harus difasilitasi," ujar Serry, seperti dilansir Press TV.

Sekitar 16.800 rumah telah hancur dan rusak parah akibat serangan Israel yang dimulai pada tanggal 8 Juli lalu. Serry melanjutkan, pembangunan kembali Gaza hanya dapat diatasi dengan keterlibatan Palestina. Pembicaraan selama rekonstruksi Gaza diperkirakan akan menghadapi resistensi dari rezim Israel, khususnya untuk permasalahan pasokan barang yang akan memasuki Palestina.

Di Kairo, para pemimpin Palestina dan Israel kembali menyepakati perpanjangan gencatan senjata selama 24 jam. Pembaruan gencatan senjata dilakukan sebelum gencatan senjata yang ditengahi Mesir berakhir. Dilansir Aljazirah, kesepakatan yang berhasil dicapai pada Senin (18/8) dilakukan guna memberikan kesempatan penyaluran bantuan rekonstruksi Jalur Gaza setelah digempur selama lima pekan.

Perang yang berkepanjangan antara militer Israel dan pasukan Hamas di Jalur Gaza telah berakhir lebih dari sepekan yang lalu melalui kesepakatan yang difasilitasi Mesir. Kesepakatan gencatan senjata tiga hari diperpanjang hingga lima hari dan seharusnya berakhir Senin (18/8) pukul 21.00. Kini, kesepakatan gencatan senjata kembali diperpanjang.

Seorang pejabat Palestina mengatakan, perpanjangan gencatan senjata yang terbaru akan memberikan kesempatan bagi kedua belah pihak untuk menyelesaikan negosiasi. Sementara itu, seorang pejabat Israel dan seorang sumber keamanan menyebutkan, permintaan perpanjangan gencatan senjata Mesir selama 24 jam dilakukan untuk membahas negosiasi.

Seorang pejabat senior Palestina mengatakan, tidak semua kesepakatan telah dicapai, termasuk dua poin yang diajukan Mesir untuk melakukan kesepakatan yang lebih luas, yakni pembukaan perbatasan Gaza agar barang kebutuhan warga dapat dikirim ke Gaza serta memperpanjang perbatasan maritim di Laut Mediterania.

Berbagai permasalahan juga masih belum disepakati, termasuk permintaan Hamas untuk membuka pelabuhan dan bandara serta membebaskan para tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel. Pihak Israel menyatakan hanya akan membahas semua masalah tersebut dalam perkembangan negosiasi berikutnya. rep:dessy suciati saputri/c64/c83/c92 ed: eh ismail

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement