BSM menggandeng Pemkab Buru, Maluku.
JAKARTA-- Bank Syariah Mandiri (BSM) terus berupaya menjaga kepercayaan nasabahnya. Tingkat kepercayaan nasabah terlihat dari pangsa perbankan syariah, yang tetap terjaga dan rata-rata di atas 25 persen. Tentu saja hal ini melihat dari indikator kinerja perbankan yaitu dari sisi aset, DPK, pembiayaan, dan peningkatan dana murah atau giro dan tabungan (current account and saving accout/CASA).
Senior Executive Vice President BSM Kusman Yandi mengemukakan keseriusan BSM untuk tetap memimpin di tengah ketatnya persaingan perbankan syariah dan di tengah ketatnya perbankan Tanah Air, antara lain ditunjukan dalam pemenuhan kewajiban jangka pendek.
BSM justru mampu menjaga likuiditas dengan financing to deposit ratio (FDR) selama 2014 (Januari-Juni) rata-rata berada pada level 89,34 persen. Kondisi FDR rata-rata bank syariah pada 2014 (Januari hingga April berdasar data OJK) sebesar 99,96 persen. "Sementara, rata-rata pada periode yang sama, FDR BSM adalah 89,72 persen," ujarnya, di Jakarta, Kamis (14/8).
Kusman Yandi menekankan bahwa posisi FDR BSM per Juni 2014 sebesar 89,91 persen. Atau, menurut dia yang membawahi Direktorat Wholesale, Treasury and International Banking ini, membaik 2,29 persen dibandingkan posisi Juni 2013 sebesar 92,20 persen.
Kondisi FDR yang membaik itu karena ditopang oleh dana pihak ketiga (DPK) yang terus tumbuh. Peningkatan DPK turut memperkuat posisi likuiditas BSM. DPK BSM tumbuh Rp 3,84 triliun (year on year) atau sekitar 7,48 persen hingga semester I 2014. Nominalnya dari semula Rp 51,33 triliun per posisi Juni 2013 menjadi Rp 55,17 triliun per posisi Juni 2014.
Ia menambahkan alasan lain BSM menjaga FDR di level 90 persen. Karena berdasarkan PBI Nomor 15 Tahun 2013 tentang Giro Wajib Minimum dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah. PBI itu menyebutkan bank syariah yang memiliki FDR di bawah 80 persen tidak dapat menempatkan dana di instrumen Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).
BSM menjaga komitmen kepada induk perusahaan Bank Mandiri untuk menjaga FDR di level 90 persen. Saat ini, BSM memelihara instrumen Bank Indonesia (SBIS, reverse repo, Fasbis) sebagai secondary reserve yang per 31 Juli 2014 tercatat sebesar Rp 6,13 triliun, sehingga dengan kondisi itu lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan likuiditas BSM.
Dari Buru, Provinsi Maluku, dilaporkan, Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Ambon melakukan penandatanganan kerja ama pengelolaan kas daerah dengan Pemerintah Kabupaten Buru.
Penandatanganan kerja sama tersebut dilakukan Kepala Cabang BSM Ambon Imsak Ramadhan dan Bupati Buru Ramli Ibrahim Umasugy serta disaksikan Regional Head V BSM Mahendra Nusanto, di Namlea, Kamis (14/8).
Penandatanganan tersebut meresmikan BSM sebagai bank yang dapat memberikan layanan terhadap pengelolaan dana kas daerah di Pemkab Buru. "Hal ini membuat BSM Ambon menjadi bank syariah pertama yang bermitra dengan Pemkab Buru dan memberikan jasa perbankan syariah di wilayah Kabupaten Buru," kata Kepala Cabang BSM Ambon Imsak Ramadhan.
Sebelumnya, di wilayah Kabupaten Buru telah hadir bank umum seperti BPD Maluku, Bank BNI, BPR Modern express, BTPN, BRI, dan Mandiri. Bank Syariah Mandiri, kata Imsak Ramadhan adalah anak perusahaan Bank Mandiri yang merupakan bank komersial terbesar di Indonesia.
Bupati Ramly Umasugi, menyambut baik dan mengapresiasi penuh terhadap kerja sama tersebut. rep:ichsan emrald alamsyah antara ed: irwan kelana