Perkembangan tarian sufi di nusantara tak lepas dari peran para tokoh tasawuf yang dahulu berdakwah di Indonesia. Salah satunya adalah Syekh Syarif Hidayatullah atau yang akrab dikenal sebagai Sunan Gunungjati.
Dialah yang kemudian memasukkan unsur kesenian untuk melakukan aktivitas dakwahnya. Bahkan, kesenian sufi di Cirebon terus berkembang dari yang sebelumnya hanya sebuah pemikiran menjadi gerak tubuh. Sebutlah Brai, Gembung, Terbang, dan Genjring Santri. Nama-nama tersebut adalah kesenian sufi yang terus berkembang di Cirebon.
Para pakar sejarah dan seniman di Cirebon sepakat bahwa kesenian memang dianggap paling tepat dan mudah untuk diterima masyarakat sebagai media dakwah. Sama halnya dengan Wali Songo yang memanfaatkan kesenian wayang dan gamelan sebagai media dakwah ataupun penyanyi masa kini yang membawakan lagu-lagu religi untuk menyampaikan nilai-nilai agama.
Dalam sejarahnya, tarian sufi dengan gamis dan topi khas Turki merupakan simbol para pelaku tasawuf yang sedang berupaya menemukan kekasih yang ternyata ada dalam dirinya sendiri. Dia akan merenung dengan berputar dan melebarkan tangan. Makna dari gerakan berputar adalah simbol bahwa manusia mengalami perputaran hidup, dari tidak ada, lalu ada, dan nantinya kembali ke tiada.
Celah inilah yang digunakan oleh Candra Malik, Sujiwo Tejo, dan seniman lainnya untuk berdakwah. Melalui kesenian, mereka mencoba membawakan pesan damai dalam beragama. "Dakwah melalui kesenian bermanfaat bagi masyarakat di zaman sekarang yang perlahan kehilangan makna dari kehidupan," ujar Sujiwo Tejo.
Baginya, penting bagi seniman untuk berdakwah dengan halus, tanpa membawa embel-embel agama secara berlebihan. "Justru, yang bagus adalah bila ada seniman yang berkesenian tanpa terlalu banyak membawa istilah agama, namun pendengar sudah bisa merasakan aura ketuhanan yang disampaikan," tambahnya.
Candra saat ini sedang mendalami ilmu tasawuf di berbagai daerah di Indonesia. Setelah dua tahun berkelana untuk bersufi, akhirnya dia menggelar konser bertajuk "Bunga Perjalanan Sufi Cinta" ini. Baginya, sufi adalah proses pemurnian jiwa dan mendekatkan diri kepada Tuhan. "Sufi itu memurnikan jiwa," ungkapnya.
Dia, saat ini, telah menyelesaikan pelajaran tasawuf dari delapan mursyid (guru) dan kini sedang melanjutkan pembelajaran kepada Ummu Landu Paranggi, seorang sufi penyair di Bali. Terkait dengan penampilan tarian sufi dalam pertunjukannya, Candra Malik ingin agar pesan keagamaan dapat tersampaikan melalui segala bentuk kesenian, baik lagu maupun tarian. rep:c85 ed: dewi mardiani