Jumat 08 Aug 2014 12:00 WIB

Melanggengkan Batik Nusantara

Red:

Hafiz (5 tahun) tampak serius menggoreskan lilin cair ke atas kain putih berukuran 30 x 30 sentimeter (cm). Sesekali dia menyiduk lilin panas yang dicairkan di atas wajan mini berdiameter 20 cm dengan cantingnya.

"Batikku gambarnya pesawat. Ada robotnya juga," ujar Hafiz sembari menunjukkan sebentuk pesawat tempur di atas kain putihnya. Dengan ceria, Hafiz melanjutkan kegiatan membatiknya. Tangan kanannya gesit menggambar dengan canting. Sementara, tangan kirinya memegangi kain putih yang kelak akan menjadi batik pertama yang dibuatnya sendiri.

Hafiz tak sendiri di dalam pendopo itu. Sedikitnya ada 10 anak seusia Hafiz yang ikut belajar membatik. Mereka duduk mengelilingi kompor yang ‘memasak’ lilin di atasnya. Tiap kompor dikelilingi oleh tiga anak. Masing-masing lengkap dengan kain putih yang mereka gambari sesuai keinginan mereka sendiri. Ada yang menggambar robot seperti milik Hafiz, pesawat, bunga-bungaan, atau bahkan mobil-mobilan.

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Aditya Pradana Putra/Republika

Perajin difabel asal Kota Solo, Ayu Tri Handayani (22) membatik kain dengan kakinya di pameran Gelar Batik Nusantara 2013, Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu (17/7).

 

Lupakan motif batik konvensional, seperti parang, lereng, megamendung, atau cendrawasih. Anak-anak itu menciptakan motif mereka sendiri. "Yang terpenting, mereka belajar cara membatik. Biar ilmu membatik ini tetap lestari," ujar Krismini, salah satu pengajar kursus membatik, Rabu (6/8).

Bertempat di pendopo batik yang masih satu kompleks dengan Museum Tekstil di Jakarta Pusat, kursus membatik diadakan dari 1-30 Agustus 2014. Kegiatan itu terbuka untuk umum yang ingin berkunjung dan mencoba keterampilan melukis di atas kain. Bukan dengan cat air dan kuas, melainkan lilin yang dicairkan dan canting. "Justru dengan adanya kegiatan ini, kami harap masyarakat bisa mengenal batik dengan baik," ujar Bu Kris, sapaan Krismini.

Pengunjung yang ingin belajar membatik akan dibimbing mulai dari awal proses pelukisan sampai pencucian dan batik siap dijemur. "Batik yang utuh mungkin akan butuh pewarnaan dan pelukisan beruang kali. Itu bergantung pada kompleksitas motif yang digunakan. Namun, di sini dengan target belajar membatik, cukup sekali pelukisan dan pewarnaan. Namanya batik singkat," ujar Retno, salah satu peserta membatik senior.

Retno yang berasal dari Yogyakarta menjadi salah satu peserta senior di pendopo batik Museum Tekstil ini. "Ya umur segini, daripada enggak ngapa-ngapain di rumah," katanya.

Tahapan pertama dalam membatik adalah pembuatan pola atau disebut menyungging. Peserta akan diberikan selembar kain putih dan sebatang pensil. Mereka bebas membuat motif, apakah motif tradisional ataupun bebas. Bagi yang ingin membuat motif tradisional, instruktur telah menyediakan pola jadi yang siap ‘dijiplak’.

Selepas membuat motif, peserta kursus membatik akan dibimbing untuk proses membatik yang sebenarnya. Tahapan inilah yang disebut ‘membatik’ dengan menutup pola yang sebelumnya telah digambar dengan lilin cair yang dipanaskan. Lilin panas dituangkan sesuai pola dengan menggunakan alat bernama canting atau cawan kecil dengan pipa di ujungnya untuk ‘membatik’.

Untuk tahapan ketiga disebut membabar atau mewarnai. Kain yang sudah dibatik akan dicelup ke dalam air berpewarna. Jenis warnanya? Terserah pada para peserta. Untuk batik tradisional gaya Yogya biasanya berlatar putih dan gaya Solo dominan cokelat. Kalau batik pesisir, gaya Cirebon, atau Pekalongan, biasanya aneka warna. "Dalam kursus di sini, kami bebaskan kreasi para peserta. Semua bebas, yang penting batik nusantara," ujar Krismini.

Dalam proses ini, pewarnaan akan dilakukan oleh seorang ahli yang siap sedia di pendopo batik, Hamim namanya. Hamim bertugas mencelupkan kain-kain kreasi peserta ke dalam cairan warna keinginan peserta. "Kalau pas ramai begini, sibuk saya," ujar Hamim sembari mencelupkan kain ke dalam air berwarna merah.

Tahap keempat adalah melorot atau menghilangkan lilin yang melekat pada kain dengan cara mencelupkannya ke dalam air mendidih. Dengan kain yang ‘direbus’, lilin hasil membatik akan meleleh dan lepas dari kain. Tahap terakhir adalah penjemuran. "Kalau motif dan warnanya lebih dari satu, proses pewarnaan dan pelorotan bisa lebih dari sekali. Semakin rumit motif dan warna, semakin berulang prosesnya," ujar Krismini.

Pendopo batik Museum Tekstil Jakarta di kawasan Tanah Abang ini bisa jadi satu-satunya tempat di Jakarta yang masih aktif melestarikan kegiatan membatik. Esensi membatik bisa saja hilang kalau generasi muda tak peduli lagi dengan seni ini. Maknanya mungkin hanya sebatas ‘kain yang wajib dipakai ke kantor setiap Jumat’. 

Namun, melalui kegiatan berkesenian membatik, manusia bisa belajar keteguhan hati dan mawas diri dalam berperilaku dalam hidup. Dari proses pembuatan batik hingga pada pemilihan corak dan motif batik, banyak pelajaran yang bisa diambil. Pembuatan batik, khususnya batik tulis, yang memakan waktu sampai tiga bulan mengandung makna kesabaran, ketelitian, dan ketelatenan.  rep:c85 ed: dewi mardiani

Apakah Anda orang yang pandai berbicara

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
  • 6
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement