JAKARTA -- Permasalahan bus Transjakarta bukan hanya persoalan busnya, melainkan banyak hal lain, seperti jalan berlubang dan kelebihan penumpang. Hal ini disampaikan pengamat transportasi Darmaningtyas menanggapi wacana Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta terkait jenis bus yang sebaiknya digunakan untuk Transjakarta.
"Jalan berlubang atau bergelombang dan penumpang melebihi kapasitas, itulah yang bikin bus cepat rusak. Apa pun busnya," ujarnya saat dihubungi Republika, Ahad (7/9).
Karena itu, jika Pemprov DKI menilai bahwa bus Transjakarta seharusnya sekelas Mercedes Benz, hal itu bukanlah sesuatu keharusan. Hal ini dikarenakan ia belum mengetahui persis apakah bus dengan pabrikan tersebut sudah terbukti bagus untuk mengembangkan model angkutan berbahan bakar gas (BBG).
Pengamat transportasi lainnya dari Universitas Indonesia Alvinsyah juga menanggapi masalah bus Mercedes Benz ini. Menurutnya, produk yang sudah banyak digunakan di dunia, seperti Mercedes Benz, Scania, Volvo, memang sudah terjamin kualitasnya. Tapi, ia tidak menafikkan banyak produk Cina yang berkualitas bagus juga.
Dalam hal ini, ia mengatakan, pabrikan manapun tidak masalah yang terpenting spesifikasinya bagus. Asal, kata dia, bisa dibeli dengan harga yang ekonomis. "Apakah Mercy, Scania, Volvo, Daewo, selama bagus spesifikasinya, bisa dapat yang lebih ekonomis," katanya lagi.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan bus untuk Transjakarta, kata dia, adalah faktor kehati-hatian dalam membeli. Karena, lanjutnya, kadang-kadang, dalam satu mobil utuh tidak semua suku cadang berasal dari pabrikan yang sama. Produk tersebut ada juga yang jenis rakitan dari berbagai suku cadang pabrikan yang berbeda-beda.
Dia menilai, persoalan Transjakarta, menurutnya, lebih terfokus pada proses, yaitu pada pembelian, lalu penjelasan spesifikasi, kontrol bus, serta pemeliharaan bus saat beroperasi. "Itulah yang harus diperhatikan. Saya juga pengguna busway, banyak masalah yang saya lihat, misalnya, perawatan bodi, interior, masih kuranglah," kata Alvinsyah.
Meski begitu, dia menilai, sah-sah saja apabila Pemprov DKI Jakarta berencana membeli bus yang berkualitas baik. Apalagi, jika hal itu didasarkan pada pertimbangan untuk mengurangi masalah kerusakan mesin. Tapi, yang terpenting, kata dia, adalah perawatan dan pemeliharaan selama beroperasi yang harus diperhatikan.
"Kalau enggak dirawat, rusak juga barangnya, biar kualitas tinggi. Apalagi, kalau dilihat dalam sehari bisa ratusan kilo beroperasi, sehingga perawatan yang ketat pun harus dilakukan," kata dia. rep:c89 ed: dewi mardiani