Metro Mini belakangan ini menjadi sorotan warga. Kondisi kendaraan yang berumur dan tak laik jalan, hingga sering terlibat kecelaan membuat Dinas Perhubungan dan Transmigrasi (Dishubtrans) DKI Jakarta mengandangkan ratusan Metro Mini. Tapi, tidak hanya kondisi Metro Mini saja yang reyot dan bobrok. Keadaan yang sama juga dialami armada Transjakarta yang beroperasi sejak 2007.
Di koridor enam rute Dukuh Atas-Ragunan, misalnya, dapat dengan mudah ditemukan bus Transjakarta bobrok masih beroperasi. Di Halte Ragunan, didapati bus berwarna abu-abu yang terlihat sangat kusam dengan bodi rusak. Kondisi itu terlihat kontras dengan armada berwarna oranye dan biru yang catnya masih terlihat mengkilat dan bodi bus kokoh. Misalnya, Transjakarta dengan nomor seri TJ B 7519 IX, B 7522 IX, dan B 7504 IX tidak enak dipandang.
Republika mencoba menaiki Transjakarta abu-abu yang berusia sembilan tahun. Terasa dinginnya AC tidak mengurangi rasa gerah di tengah terik sinar matahari. Terlihat pinggiran bodi belakang sudah karatan, penutup mesin belakang tidak terkunci rapat, angin-angin mesin tampak tidak laik, jaring rusak, dan pintu bagian belakang harus menggunakan bantuan tangan petugas ketika hendak tutup.
Saat bus menuju Dukuh Atas, suara gujak gujuk gujak gujuk yang berisik terus menemani perjalanan. "Ya begini, tidak sekali Mbak saya mendengar penumpang pada teriak minta AC-nya digedein, apalagi kalau jam-jam penuh, seperti pulang kantor," ujar petugas pria Transjakarta dengan inisial M ini.
Dia mengaku, sudah tiga kali melaporkan pada operator jika penumpang banyak yang mengeluh dengan kondisi bus. M juga melaporkan ada kerusakan pada rem maupun tranmisi. Tapi, laporan tersebut hanya berhenti pada catatan tertulis saja alias tidak ada tanggapan. Padahal, kata dia, rem itu merupakan salah satu bagian vital kendaraan. Menurut dia, rem bus akan blong bila angin yang masuk mengalami kebocoran. Tapi, pihak kantor tidak percaya dengan laporan tidak berfungsi, sehingga bus tetap beroperasi.
Kemudian, fungsi transmisi juga menjadi penting karena digunakan untuk mengoper gigi, meskipun hanya dalam bentuk tombol. Dia sering melihat sendiri, sopir harus bekerja esktrawaspada akibat kerusakan transmisi. "Kadang, dari gigi satu kita pengen ke gigi dua, eh malah langsung ke gigi lima," ujarnya.
Dengan kondisi itu, ia menyatakan, Transjakarta yang beroperasi tidak 'membahayakan' karena sudah terbiasa dan tahu taktik untuk mengakali keadaan. Tapi, kondisi itu bisa membahayakan penumpang kalau dikemudikan sopir baru yang belum terbiasa menghadapi mesin yang sudah tua. Tidak jarang, sambung dia, bus sering tiba-tiba ngepos alias melambat dengan sendirinya karena sudah tidak kuat lagi membawa beban penumpang.
Benar saja, Republika mengalami kejadian bus sempat tiba-tiba kehilangan tenaga. "Memang tidak langsung mogok, tapi laju kendaraan menjadi semakin lambat dan payah," ucapnya.
M juga menceritakan tentang susahnya pintu depan terbuka. Dia khawatir kalau mesin panas dan tiba-tiba mengeluarkan asap, proses evakuasi menjadi sulit. "Ini kalau ada kebakaran enggak bisa dibuka, ya beginilah kondisi mobil yang sudah tua, Mbak belum liat kalau musim hujan, kebocoran," ungkapnya lagi.
M bercerita jika dirinya pernah berada dalam situasi dilema. Saat itu, terjadi kerusakan di bagian kaki, yaitu per ban tiga patah. Manajemen Transjakarta sudah meminta untuk memulangkan armada agar diperbaiki, tapi pihak perusahaan justru mengatakan bus masih laik jalan. Tapi, karena statusnya hanya sebagai pegawai, ia tidak punya pilihan bersama sopir untuk terus mengoperasikan bus itu pelan-pelan.
"Ini kan saya bawa nyawa orang yang saya khawatirkan penumpang kan penuh, mobil bisa terbalik," tuturnya
M membocorkan, sebenarnya sudah ada 15 bus Transjakarta yang sudah tidak laik pakai dan harus dikandangkan dan diganti dengan armada warna biru. Tetapi, setelah operator bernegosiasi dengan manajemen Transjakarta, semua bus itu bisa diturunkan kembali.
Padahal, lanjut dia, kendaraan yang sudah reyot itu mengalami kerusakan parah di sana sini. Belum lagi, surat uji KIR yang sudah melewati batas belum dapat diperpanjang. "Ada 15 mobil yang sudah harus dikandangin, tapi orang kantor nego-nego akhirnya dikeluarkan lagi mobil ini. Padahal KIR mati, rusak sana sini, kontrak perusahaan juga Mei habis," ujarnya.
Yang membuatnya jengkel, saat terjadi kecelakaan pihak perusahaan tidak mau membantu. Insiden yang menimpa rekannya yang menabrak anak kecil, ternyata perusahaan angkat tangan. Akhirnya, rekannya itu mengeluarkan biaya sendiri untuk ganti rugi biaya pengobatan anak yang tertabrak itu.
Belum lagi, lanjut dia, setiap hari pegawai dituntut untuk bekerja menempuh perjalanan 150 kilometer. Namun, ketika waktu delapan jam kerja terlewati, tidak pernah ada uang lembur yang diberikan perusahaan. Dia berharap, perusahaan dan Transjakarta bisa memperhatikan nasib karyawan dan lebih transparan perihal dana penggajian.
Pemandangan bus reyot juga mudah didapati di koridor empat jurusan Terminal Pulo Gadung sampai Halte Dukuh Atas. Republika melihat jejeran bus berwarna silver yang bodi maupun bumpernya terlihat ringsek di pengisian bahan bakar gas di Jalan Pemuda, Pulogadung, Jakarta Timur, belum lama ini.
Beberapa bus Transjakarta mengalami kerusakan bodi hingga bumper. Meski begitu, bus tetap dioperasikan dengan alasan sudah mengantongi surat uji KIR. Salah satu pengemudi Transjakarta koridor empat, Hani, menyatakan, ada petugas sendiri yang mengurus soal uji KRI yang langsung di lakukan di pool busway.
"Kalau uji KIR, kalau tidak di Pulogadung, petugas KIR yang datang ke tempat bus kumpul," ujarnya di SPBG Pulogadung.
Hani mengatakan, karena Transjakarta perusahaan cukup besar, jadi memiliki banyak pemeriksaan dengan fungsi masing-masing. Untuk pemeriksaan keselamatan, seperti rem, selalu dilakukan setiap hari.
Menurut dia, bagian dalam kendaraan yang sering rusak adalah AC. Sedangkan, kalau kendaraan mogok di jalanan, lanjut dia, terdapat petugas khusus yang datang. "Ada mekanik yang selalu memperbaiki," katanya.
Hani menambahkan, proses uji KIR kendaraan Transjakarta terbilang tidak jauh berbeda dengan kendaraan umum lainnya. Waktu untuk uji KIR dilakukan setiap enam bulan sekali. Misalkan, saat memasuki bulan kelima, tim mekanis biasanya melakukan perbaikan sebulan sebelumnya.
Perbaikan yang dilakukan biasanya adalah memperhalus bagian luar bodi bus. Hal itu, sama saja seperti kendaraan umum lainnya yang mengecet kendaraannya agar terlihat mulus.
Dia mengaku, setiap hari bekerja selama delapan jam, mulai pukul 05.00-13.00 WIB. Sedangkan, untuk gaji, ia mengungkap, angka Rp Rp 4 juta per bulan. Gaji itu hanya separuh dari sopir yang mengemudikan bus baru.
Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi (Dishubtrans) DKI Jakarta Andri Yansyah mengimbau kepada pemilik kendaraan umum, termasuk Transjakarta agar segera melakukan peremajaan.
Terkait dengan Transjakarta reyot, Andri mengatakan, jajarannya tidak pilih kasih. Dari awal Oktober hingga akhir Desember, setidaknya 49 bus Transjakarta yang berusia di bawah 10 tahun telah dikandangkan. "(Transjakarta) tidak uji KIR, tidak lolos KIR, kita sikat," tuturnya.
Untuk saat ini, Andri tidak ingin berbicara dahulu tentang masalah umur kendaraan umum. Hanya, ia menekankan, yang terpenting adalah kelayakan kendaraan saat beroperasi. Meskipun beberapa kendaraan terlihat layak, tapi adanya tren penyewaan spare part membuat proses uji KIR tidak menjadi patokan.
"Yang terpenting adalah pengecekan di lapangan," tegas dia. Karena, saat di jalanan, lanjut dia, meskipun mereka memiliki buku KIR, spare part kendaraan ikut dipantau. Alhasil, speedometer, rem tangan, ban kendaraan, lampu sein, dan sebagainya ikut diperiksa.
Kalau seumpanya dirasakan tidak layak, meskipun memiliki buku KIR, pihaknya tetap akan melakukan penertiban kembali. Tapi, Andri tidak dapat menjanjikan hal itu akan cepat. Karena, di DKI Jakarta sendiri, setidaknya terdapat 70 ribu kendaraan umum berbagai jenis, baik angkutan umum kecil, menengah, maupun besar. n c30/c21
ed: erik purnama putra