REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 27-28 Maret ini menggelar Rapat Pleno dan Rakernas di Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta. Acara ini dibuka oleh Rois Aam NU, KKH Sahal Mahfudh, Ahad (27/03).
Dalam tausyiahnya pada pembukaan itu, KH Sahal Mahfudh meminta PBNU memberikan perhatian serius pada upaya-upaya membentengi warganya dari serangan pemikiran dan faham radikal dalam Islam, seperti paham Wahabi dan sejenisnya.
''Tugas membentengi warga NU dengan kegiatan amaliah dan tradisi keagamaannya dari serangan paham Wahabi dan sejenisnya memerlukan perhatian serius dari PBNU, baik melalui dakwah secara lisan, maupun penerbitan dan pengajaran,'' kata KH Sahal Mahfudh.
Ditegasnya, sikap radikalisme dan fondamentalisme yang saat ini cenderung menguat di sebagian masyarakat Islam -- dengan menghalalkan tindak kekerasan atas nama agama -- tidak sejalan dengan nilai-nilai ahli sunnah wal jamaah.
KH Sahal juga mengingatkan adalah menjadi kewajiban NU sebagai jamiyyah ijtimaiyyah untuk lebih giat mengingkatkan kerja-kerja sosial di masyarakat. Ia mengatakan bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan dan semacamnya juga seharusnya menjadi lahan perjuangan luas bagi NU, dalam rangka mengangkat harkat kehidupan warga Indonesia.
Menurut KH Sahal, dengan menekuni secara lebih serius program kerja sosial ini diharapkan dapat mengeliminer ketertarikan sebagian pengurus NU pada dunia politik, yang dapat menyeret organisasi NU ke ranah politik praktis yang berorientasi kepada kekuasaan.