REPUBLIKA.CO.ID, Perdana Menteri Turki Tayyip Erdogan menegaskan bahwa pihaknya siap menjadi penengah antara pemerintah Libya yang dimpimpin Muammar Qaddafi dengan para pemberontak. Namun, terlebih dahulu Qaddafi harus memberikan kepercayaannya terkait hal-hal teknis.
Hal itu dikatakan Erdogan Ahad (27/3), terkait kondisi di negara Afrika utara tersebut. Menurut dia, apa yang terjadi di Libya saat ini kurang lebih sama seperti yang terjadi pada Afghanista dan Irak sebelumnya.
"Saya takut, kita akan melihat Afghanistan yang lain atau Irak kedua. Ketika kekuatan Barat masuk ke Afghanistan hampir 10 taun lalu, banyak pihak membicarakannnya, bahkan hampir setiap hari. Hal yang juga dikatakan di Irak. Kita tidak ingin melihat kondisi yang sama di Libya," tuturnya.
Sebelumnya, NATO telah mengambil alih komand intervensi militer ke Libya dari Amerika Serikat (AS), Inggris dan Perancis. Tidak hanya mengambil alih komando, NATO juga akan mengeluarkan embargo senjata dan larangan terbang atas Libya.
Bahkan, jika para loyalis Qaddafi masih membahayakan keselamatan warga Libya, NATO juga berencana akan melakukan serangan darat ke negara kaya minyak tersebut.