REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO – Menteri Luar Negeri Mesir, Nabil Al-Arabi, mengatakan departemen yang dipimpinnya telah bergerak cepat mengevakuasi warga Mesir dari Libya.
“Hingga kini hampir 260 ribu warga Mesir telah dipulangkan dari Libya melalui jalur darat, laut dan udara," ujarnya dalam pernyataan pers di kantornya, Selasa (30/3).
Kesulitan terbesar evakuasi, kata Arabi terjadi di kota Misurata karena adanya larangan terbang dan ketiadaan kapal laut untuk memindahkan warga. Arabi menjelaskan, Departemen Luar Negeri Mesir telah melakukan kontak langsung dengan beberapa pihak internasional,
Mereka yang dikontak diantaranya Turki, Qatar, dan pihak asing termasuk mereka yang terlibat dalam penyerbuan ke Libya untuk melindungi warga sipil. Namun tak seorang pun yang berani masuk Misurata karena larangan terbang, kecuali Duta Besar Mohamed Abdel Hakim dan Asisten Menteri Luar Negeri bidang Konsuler.
Keduanya dapat bertemu dengan warga Mesir yang tertahan di Misurata, kemudian menjelaskan kepada mereka perintah evakuasi. Pemerintah menjamin tidak akan terlambat dalam semua upaya untuk menyelamatkan warga Mesir dan keluarganya, walau kondisi di Misurata serba susah. “Kami tetap bekerja keras untuk melayani warga dan publik Mesir,” tegas Arabi.
Menanggapi pertanyaan tentang adakah kemungkinan izin dari pihak berwenang Libya yang membolehkan masuknya kendaraan untuk menyelamatkan warga? Arabi menjawab, tak seorang pun bisa masuk ke Misurata untuk menyelamatkan warga yang masih tertahan di sana. “Jika kita bisa masuk melalui jalur darat, maka kita dapat membawa mereka ke Mesir. Karena kita tidak bisa menemui mereka di Misurata pada saat ini."