REPUBLIKA.CO.ID, MALANG - Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mendesak pihak kepolisian mengusut tuntas terkait kasus "pencuci otak" yang menimpa para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi (PT) akhir-akhir ini.
"Kami minta polisi segera melakukan tindakan atas aksi penipuan yang menimpa anak didiknya. Namun, diyakini jika para korban tersebut bukan korban upaya perekrutan gerakan Negara Islam Indonesia (NII)," kata Rektor UMM Dr Muhajjir Effendi di Malang, Rabu.
Menurut dia, sudah menjadi tugas polisi untuk menyelidiki serta membekuk pelaku. Dengan modal keterangan dari saksi serta alat bukti lainnya, karena dikhawatirkan pelaku akan terus melakukan aksinya.
Ia mengemukakan, yang menjadi incaran sebagai korban selalu mahasiswa baru, karena mental mereka masih labil, sehingga masih mudah dipengaruhi. Selama tiga tahun terakhir (mulai 2008) sebanyak 13 orang mahasiswa UMM nyaris menjadi korban yang bermodus perekrutan anggota NII.
Menyinggung kepastian pelaku jaringan gerakan NII, doktor yang mengupas masalah militer itu secara tegas mengatakan, tidak mungkin, sebab dilihat dari sosok pelaku yang terekam dalam kamera korban, sangat tidak mungkin jika mereka merupakan jaringan kelompok radikal.
NII, katanya, hanya sebagai media untuk memperalat calon korbannya. Hal ini sama halnya dengan modus operandi kasus penipuan lainnya. "Ini murni penipuan, seperti yang menimpa para TKI yang baru pulang dari luar negeri, karena sasarannya harta benda korban, bukan ideologi," tegasnya.