Ahad 08 May 2011 12:54 WIB

Loyalis Qaddafi Luluhlantahkan Tangki-tangki Minyak Di Misrata

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI - Pasukan pemerintah Libya menghancurkan empat tangki penyimpanan minyak dan membakar beberapa lainnya di Misrata yang dikuasai pemberontak, membuat terpukulnya kemampuan kota pelabuhan itu untuk bertahan dari pengepungan pemerintah, kata pemberontak, Sabtu (7/5). Serangan terhadap kota daerah barat itu terjadi sementara peluru artileri yang ditembakkan pasukan Gaddafi jatuh di Tunusia dalam satu peningkatan pertempuran dekat perbatasan itu dengan pemberontak yang berusaha mengakhiri kekuasaan Gaddafi selama lebih dar empat dasa warsa.

Misrata, kota terakhir di wilayah barat yang dikuasai pemberontak, telah dikepung selama lebih dari dua bulan dan merupakan pertempuran paling seru dalam perang itu. Pemberontak memberikan berbagai pendapat mengenai serangan itu tetapi mengatakan aksi itu mengganggu bahan bakar minyak untuk ekspor serta konsumsi domestik.

"Empat tangki minyak hancur total dan kebakaran hebat kini melanda empat tangki lainnya. Kami tidak dapat memadamkan api karena kami tidak memiliki peralatan," kata juru bicara Ahmed Hassan kepada Reuters. "Kini kota itu akan mnghadapi masalah penting. Itu adalah satu-satunya sumber bahan bakar untuk kota itu. Tangki-tangki ini dapat memasok bahan bakar minyak untuk tiga bulan," katanya melalui telepon.

Pasukan pemerintah bulan lalu menerbangkan sedikitnya satu helikopter misi pengintai di Misrata, kata para pemberontak. Pesawat koalisi NATO telah membom sasaran-sasaran militer pemerintah Libya dan memperkuat zona larangan terbang yang diberlakukakn sesuai dengan resolusi PBB.

Negara-negara Barat dan Arab pekan ini sepakat untuk memberikan bantuan jutaan dolar nonmiliter untuk membantu mereka mempertahankan pelayanan dan melancarkan kegiatan ekonomi. Pemimpin pasukan pemberontak di Libya barat mencabut satu pernyataan seorang juru bicara pemberontak bahwa Italia telah setuju untuk memasok senjata untuk membantu perang mereka menggulingkan Gaddafi.

"Kami tidak menerima senjata baik dari Italia maupun negara-negara lain," kata Abdel Fattah Younes kepada stasiun televisi Al Jazeera. "Kemungkinan salah seorang dari rekan-rekan kami keliru memberikan penjelasan yang layak... kami meminta maaf kepada Italia atas nama para rekan-rekan di Dewan Nasional."

Seorang juru bicara Dewan Nasional Peralihan (TNC) dalam jumpa wartawan di Benghazi sebelumnya mengatakan senjata-senjata itu akan segera diberikan kepada pemberontak. Di Roma, seorang juru bicara kementerian Luar Negeri mengatakan tidak ada persetujuan seperti itu dicapai.

Italia mendukung pemberontak, secara resmi mengakui dewan transisi sebagai satu-satunya wakil sah negara itu. Pertempuran meningkat di daerah Pegunungan Barat sementara pasukan Gaddafi dan pemberontak yang didukung serangan pesawat NATO mencapai kebuntuan di front-front lainnya dalam perang saudara itu.

Pasukan pemerintah yang mengepung Zintan yang dikuasai pemberontak menembaki 300 peluru roket ke kota itu Sabtu, kata juru bicara pemberontak Abdulrahman al Zintani.Ia tidak merinci mengenai korban di Zintan, yang sebagian besar kosong dari warga sipil. "Pesawat NATO terdengar terbang tetapi tidak ada serangan-serangan udara," kata al Zintani kepada Reuters.

Kota Tunisia Dehiba berulang-ulang dihantam peluru dalam pekan-pekan belakangan ini, dan pada Sabtu Tunisia mengecam penembakan "sangat berbahaya" itu dan mengatakan pihaknya akan melakukan segala tindakan yang diperlukan untuk melindungi kedaulatannya. Pemerintah Libya membantah bahwa pihaknya dengan sengaja menembaki daerah Tunisia.

"Kami mengatakan (penembakan) ini adalah satu kesalahan dan kami meminta maaf bahwa ini terjadi dan kami meminta pasukan militer untuk menjamin bahwa hal ini tidak akan terjadi lagi," kata Perdana Menteri Libya Al Baghdadi Ali al Mahmoudi dalam jumpa wartawan di Tripoli.

Sebagian besar penduduk Pegunungan Barat dihuni etnik Berber dan berbeda dengan warga-warga Libya lainnya. Mereka bangkit dua bulan lalu dan mengatakan kota-kota seperti Zintan dan Yafran, yang sering dibom pasukan Gaddafi, kekurangan pangan, air dan obat-obatan.

Perang saudara menyangkut kekuasaan Gaddafi itu telah memecah belah negara gurun yang memproduksi minyak itu menjadi wilayah barat yang dikuasai pemerintah dan wilayah timur yang dikuasai pasukan pemberontak.

sumber : Antara/Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement