REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Jaksa Agung Amerika Serikat Eric Holder pada Senin menyatakan negara adidaya itu akan menutup sarana di teluk Guantanamo di Kuba, yang menahan tersangka teroris, meski melewati tenggatnya.
Pada kunjungan resminya ke Paris, Holder yang disebutnya hubungan berbagi keterangan sandi, yang belum pernah terjadi, antara Prancis dengan Amerika Serikat terhadap musuh bersama, Al Qaida, yang dikatakannya masih dilakukan kedua negara itu dan sekutunya.
Pembunuhan pemimpin Al Qaida Osama bin Ladin baru-baru ini tidak akan memengaruhi waktu penutupan sarana Guantanamo, kata Holder. "Meskipun kita belum menutup Guantanamo sesuai rencana. Itu masih diniatkan presiden, dan masih niat saya, untuk menutup sarana di Guantanamo itu," kata Holder pada jumpa pers bersama Menteri Dalam Negeri Prancis Claude Gueant.
"Kami pikir bahwa dengan menutup sarana itu, keamanan Amerika Serikat akan meningkat," tambahnya. Presiden Amerika Serikat Barack Obama berjanji menutup sarana teluk Guantanamo itu pada tahun pertama kepresidenannya dan memindahkan tahanannya ke penjara di Amerika Serikat.
Obama menyatakan penjara itu, yang didirikan pendahulunya, George W Bush, membantu mendorong pembibitan kelompok penentang Amerika Serikat dan bahwa dugaan penganiayaan atas tahanan merusak nama baik negara adidaya tersebut.
Holder menyatakan perlu waktu bagi badan sandi dan penegak hukum mengolah keterangan, yang dikumpulkan dari kediaman Osama, dengan menambahkan bahwa keterangan itu akan dibagi dengan sekutu secepat mungkin.
"Dengan kematian Osama, dunia lebih aman, tapi belum aman," kata Holder, "Selain Osama dan dalam jaringan Alqaida, masih ada bagian dari lembaga itu, yang ingin menyerang Prancis, Amerika Serikat dan sekutu kami," katanya.