Rabu 11 May 2011 23:37 WIB
Pesawat Merpati Jatuh

Kedatangan Jenazah Pilot Merpati Diwarnai Isak Tangis

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI - Suasana berkabung kental mewarnai kedatangan jenazah pilot pesawat Merpati yang jatuh di Kaimana, Papua Barat, Kapten H Poerwadi Wahyu (55), di rumah duka komplek Taman Bougenville Blok C1/8, Jati Bening, Pondok Gede, Kota Bekasi, Jawa Barat, Rabu (11/5) malam.

Jenazah pilot pesawat maskapai penerbangan Merpati yang jatuh di Kaimana, Papua Barat (7/5) itu tiba di rumah yang menjadi kediaman adik sepupu korban, Ekti, sekitar pukul 21.30 WIB. Kedatangan jenazah terlambat dua jam dari jadwal semula akibat cuaca buruk di Makassar.

Kehadiran jenazah disambut isak tangis pihak keluarga yang terdiri dari Eni Tresnowati (55) selaku istri korban, Haviland (26) selaku anak pertama, Ajeng (24) anak kedua, dan Dinda (20) anak terakhir beserta keluarga dekat almarhum lainnya.

Bahkan, sekitar 30 tetangga korban yang berasal dari jamaah pengajian Majelis Talim Al Ghozy, Yasmin Sektor V, Kota Bogor, nampak hadir menyampaikan rasa belasungkawa terhadap korban di rumah duka.

Sejumlah karangan bunga tanda belasungkawa juga nampak menghiasi rumah duka yang datang dari PT Merpati Nusantara Airlines dan beberapa rekan dekat.

"Almarhum sangat berhati baik. Istrinya paling rajin bersedekah dari harta suaminya melalui pengajian kami," kata perwakilan Jamaah Al Ghozy, Wiwi (46).

Menurut dia, kehadiran ibu-ibu pengajian itu dilatarbelakangi kedekatan emosional dengan korban yang memiliki rumah di Jalan Palem Putri II, nomor 31, Perumahan Taman Yasmin Sektor V, Kota Bogor, yang telah disewakan sejak enam bulan lalu.

"Almarhum sama tetangganya perhatian, suka memberi oleh-oleh dari luar negeri," kata Wiwi. Wiwi menceritakan, obrolan terakhirnya bersama almarhum terkait keluhan tentang profesinya sebagai pilot yang dinilai kurang mendapat perhatian pemerintah.

"Hal terakhir yang almarhum katakan kepada saya, Merpati seperti dianaktirikan oleh pemerintah. Ibarat sopir, saya seperti menyetir angkot. Berbeda dengan maskapai pemerintah lainnya," katanya.

Menurut dia, almarhum terkesan telah memahami risiko berprofesi sebagai pilot, sebab bila terjadi hal buruk, maka hampir seluruh hartanya telah dipersiapkan untuk keluarga. "Semua harta atas nama istrinya, sebab tahu risiko sebagai pilot," katanya.

Peristiwa kecelakaan pesawat tersebut berlangsung pada Sabtu (7/5) di kedalaman laut Kaimana, Papua Barat. Almarhum tewas bersama 26 penumpang dan awak pesawat. Sementara itu, istri Korban, Eni, belum berkenan diwawancari seputar kedatangan jenazah.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement