REPUBLIKA.CO.ID, BANTUl -- Terinspirasi detasemen khusus antiteroris Polri yang dinamakan Densus 88, Nahdatul Ulama DI Yogyakarta membentuk detasemen serupa, dengan nama Densus 26.
Berbeda dengan Densus 88 Polri yang bersenjata lengkap, pasukan Densus 26 NU DI Yogyakarta ini dalam aksinya lebih mengedepankan cara persuasif dan debat ilmiah, dalam mencegah timbulnya aksi-aksi teror.
''Densus 26 ini diharapkan mampu meluruskan ajaran dan gerakan Islam menyimpang radikal sebagai upaya preventif lahirnya pelaku terorisme di Indonesia,'' kata Pecetus Densus 26, Umaruddin Masdar, Sabtu lalu.
Sebagai awal pembentukan Densus 26, selama dua hari sebanyak 250 ulama dan juru dakwah dikumpulkan di Pleret, Bantul, Yogyakarta. Selama dua hari (14-15/5), mereka secara inten terlibat dalam kegiatan pengajian dan penelaahan dalil-dalil sesuai dengan Al-Wuran dan Sunah Rassul.
Ummarudin mengatakan penamaan Densus 26 ini mengacu pada tahun kelahiran Nahdlatul Ulama pada 1926. ''Banyak kelompok mengaku ahli sunnah wal jamaah, kelompok paling benar tapi mereka menghalalkan kekerasan bahkan pembunuhan. Ini perlu diluruskan,'' tegasnya.
Beberapa tokoh yang hadir dalam kegiatan tersebut dan ikut berpartisipai antara lain KH Sa'id Agil Siroj Ketua Umum PBNU, KH Azhary Abbtaan Ra'is Syuriah PWNU DI Yogyakarta, dan Marzuky Mustamar, Ketua Umum PCNU Kota Malang.