REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Perwakilan Federasi Sepak bola Internasional (FIFA), Thierry Regenass dan Frank van Hattum, merasa kecewa dengan sikap yang ditunjukan peserta pada Kongres Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI), di Hotel Sultan, Jakarta, Jumat (20/5). Kini, Indonesia pun berharap ada keajaiban agar tidak akan menerima sanksi.
Ketua Komite Normalisasi, Agum Gumelar, mengatakan, para peserta sidang sudah melakukan penghinaan kepada FIFA. “Perwakilan FIFA merasa kecewa organisasi dihina dengan cara seperti itu. Dari apa yang mereka sampaikan, kita hanya bisa berharap tidak ada sanksi,” ujar dia, melalui sambungan telepon kepada Republika, Sabtu (21/5).
Kongres PSSI tidak berjalan mulus dan diwarnai interupsi. Kelompok 78 ngotot mempertanyakan penolakan pencalonan George Toisutta dan Arifin Panigoro. Sedangkan, Komite tidak mungkin menerima pencalonan George dan Arifin karena FIFA sudah menolaknya.
Kongres yang berujung tanpa hasil membuat Indonesia terancam sanksi dari otoritas sepak bola dunia itu. Sebab, FIFA sudah memutuskan pengurus baru PSSI sudah harus terbentuk paling lambat, Sabtu (21/5).
Agum mengatakan, dirinya akan berupaya meyakinkan FIFA agar Indonesia tidak dikenai sanksi. Sebab, hukuman akan menyulitkan sepak bola Indonesia yang tengah berupaya bangkit dari keterpurukan.
Pada kesempatan itu, Agum menjelaskan, dirinya terpaksa menutup Kongres karena sulitnya menyatukan perbedaan pendapat dengan peserta sidang. Apalagi, suasana sudah sangat emosional dan menjurus pada gesekan fisik. “Kami tidak akan menemui kata sepakat kalaupun sidang digelar hingga dua atau tiga hari,” kata dia.
Agum mengatakan, pihaknya tidak akan melakukan Kongres ulangan. Komite pun akan menyerahkan pada FIFA untuk memutuskan nasib persepakbolaan Indonesia. Otoritas sepak bola dunia itu akan membahas nasib Indonesia pada 30 Mei mendatang.
“Kami segera menyusun laporan lengkap pada FIFA. Bagaimana kelanjutannya akan diputuskan pada rapat Komite Eksekutif (Exco), 30 Mei,” ujar dia.
Dihubungi secara terpisah, Sekretaris Umum PSSI Jambi, Hadiyandra, menilai, tindakan Agum langsung menyerahkan persoalan pada FIFA sebagai hal yang tidak bertanggungjawab. Sebab, Agum bersama Komite yang dipimpinnya menerima mandat untuk membentuk pengurus PSSI periode 2011-2015.
Hadiyandra juga mengatakan, Agum terlalu cepat memutuskan untuk menutup kongres. Kondisi saat itu belum kritis dan terjadi pergesekan fisik hingga sidang harus ditutup secara sepihak. “Diskors saja, satu atau dua jam. Tapi, jangan langsung ditutup,” kata dia.
Karena itu, Hadiyandra mendesak, Komite yang dipimpin oleh Agum untuk melaksanakan Kongres ulangan. Kalau tidak, maka Indonesia tidak berhak menerima sanksi dari FIFA. “Agum sebagai penerima mandat FIFA yang melanggar aturan. Jadi, Agum yang selayaknya menerima sanksi dari FIFA.