REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS - Pasukan Suriah menewaskan sedikitnya 11 warga sipil dan melukai belasan lainnya ketika memadamkan aksi unjuk rasa yang menentang pemerintahan Presiden Bashar Al-Assad, Ahad (29/5). Pasukan pemerintah yang didukung tank menembakkan senjata berat di kota Talbisah dan Rastan, serta di beberapa desa dekat Homs.
Kawasan tersebut adalah pusat populasi terbaru yang diserang militer sejak mereka menyerang pihak-pihak yang tidak puas terhadap pemerintahan otokratik Presiden Assad. Kemelut di Suriah yang berpenduduk 23 juta jiwa ini telah berlangsung lebih dari 10 pekan.
Menurut Razan Zaitouna, salah seorang aktivis pembela HAM di Suriah, sejumlah pembunuhan terjadi di seputar kota Talbisah dan Rastan dan di pedesaan Homs. "Sebanyak delapan warga sipil tewas," kata Zaitouna, Senin (30/5).
"Saat ini tentara terdapat di seluruh wilayah Talbisah. Mereka membobol rumah dan menangkapi orang-orang," tutur salah seorang warga di kota yang berpenduduk 60.000 jiwa tersebut, ketika diwawancarai lewat telepon. Ledakan bom dan desing peluru menggema di kejauhan.
Kantor berita resmi pemerintah Suriah mengatakan, empat anggota pasukan keamanan tewas di Talbisah saat menangkap kelompok teroris bersenjata untuk ditahan dan diajukan ke pengadilan.
Talbisah yang terletak sekitar 10 kilometer utara Homs adalah kota terbesar ketiga Suriah, yang kini telah dikepung tank sejak awal bulan ini. Pasukan pemerintah juga telah menduduki alun-alun utama di Homs untuk mencegah adegan yang mirip dengan apa yang terjadi di Mesir, Tunisia dan Yaman, ketika rakyat menuntut reformasi.
Beberapa saksi yang mengaku mendapat kekerasan di Suriah kian bertambah seiring dengan munculnya laporan resmi versi pemerintah yang mementahkan pengakuan mereka. Hal ini sulit untuk diverifikasi secara independen karena pemerintah melarang sebagian besar media internasional untuk meliput di negara tersebut, sejak dimulainya kerusuhan pada Maret lalu.