REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru menyatakan sedikitnya terpantau 35 titik api (hot spot) di Pulau Sumatera dan berpotensi menimbulkan kebakaran hutan dan lahan. "Dari pantauan terakhir menggunakan satelit NOAA pada Selasa, (14/6) sore, terdapat 35 titik api di Sumatera dan kondisi itu memiliki potensi bagi terjadinya kebakaran lahan," ujar analis BMKG Stasiun Pekanbaru, Sanya Gautami, di Pekanbaru, Rabu.
Ia menjelaskan, sebagian besar titik api itu berada di Riau dengan jumlah sebanyak 18 titik. Belasan titik api itu tersebar di sejumlah daerah, seperti di Kabupaten Rokan Hilir sebanyak tujuh titik, kemudian di Kabupaten Bengkalis tiga titik.Lalu di Kabupaten Rokan Hulu, Kota Dumai, Kabupaten Siak, dan Kabupaten Kampar masing-masing terpantau sebanyak dua titik api.
Sedangkan 17 titik api yang ada di Pulau Sumatera berada masing-masing terdapat di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sebanyak sembilan titik, kemudian Sumatera Utara sebanyak tujuh titik, dan Provinsi Sumatera Barat satu titik api, katanya.
Secara umum, kata Sanya melanjutkan, sejak awal hingga pertengahan Juni 2011, hanya Provinsi Kepulauan Riau yang terbebas dari keberadaan titik api, sedangkan provinsi lain di Pulau Sumatera terpantau memiliki titik api.
Namun jumlah titik api di Pulau Sumatera yang terpantau itu bersifat fluktuatif, seperti pada Rabu, (1/6), terpantau sembilan titik, kemudian Selasa, (7/6), meningkat 61 titik, lalu di hari berikutnya bertambah menjadi 89 titik, dan berkurang pada Kamis, (9/6), sebanyak 62 titik api.
Hujan yang secara turun tidak merata pada sejumlah daerah di Pulau Sumatera, dinilai telah menyebabkan titik api menghilang sehingga jumlahnya berkurang. "Meski demikian, potensi bahaya kebakaran lahan dan hutan Sumatera perlu tetap diwaspadai," katanya.