Rabu 29 Jun 2011 07:42 WIB

Demonstran Mesir Terlibat Bentrok dengan Polisi

Demonstran Mesir terlibat bentrok dengan aparat kepolisian di Lapangan At-Tahrir, Kairo, Selasa (28/6) tengah malam waktu setempat.
Foto: AP/Khalil Hamra
Demonstran Mesir terlibat bentrok dengan aparat kepolisian di Lapangan At-Tahrir, Kairo, Selasa (28/6) tengah malam waktu setempat.

REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO - Bentrokan sengit terjadi Selasa (28/6) larut malam antara pasukan keamanan Mesir dan pemrotes di Bundaran At-Tahrir di bagian tengah Kairo. Demikian laporan jejaring lokal Egypt News.

''Bentrokan itu meletus ketika pasukan keamanan berusaha membubarkan ratusan orang yang melancarkan protes di luar gedung Kementerian Dalam Negeri di Bundara At-Tahrir,'' kata jejaring Egypt News yang dikutip Xinhua.

Polisi menembakkan gas air mata ke arah beberapa ratus pemuda. Sebagian di antara mereka melemparkan batu dan menuntut proses pengadilan mantan pejabat senior dilakukan secepatnya.

Bentrokan terjadi di daerah tempat keluarga dari 840 orang yang tewas dalam protes yang mengakibatkan tergulingnya presiden Hosni Mubarak pada Februari. Mereka berkumpul untuk mengenang anggota keluarga mereka yang tewas.

Kementerian Dalam Negeri menuduh satu kelompok orang yang berusaha mengganggu acara tersebut dan menyulut kerusuhan. Itu adalah kerusuhan pertama dalam beberapa pekan di Bundaran At-Tahrir, pusat pemberontakan terhadap Mubarak. Polisi dengan bersenjatakan tameng dan perangkat anti-huru-hara menghalangi pemrotes berpawai menuju kementerian itu.

Petugas ambulans merawat orang yang kebanyakan telah menghirup gas air mata. Seorang koresponden Reuters melihat beberapa orang menderita luka ringan. Termasuk mereka yang kepala mereka tergores.

"Orang marah sebab kasus pengadilan terhadap para pejabat tinggi terus-menerus ditunda," kata Ahmed Abdel Hamid (26), seorang pegawai toko kue, di tempat kejadian. Kedua tangannya menggenggam batu.

Ia mengatakan polisi bentrok dengan mereka yang berkumpul dalam acara memberi penghargaan kepada 'syuhada'. Sebuah sebutan yang diberikan kepada mereka yang tewas dalam pemberontakan terhadap Mubarak. "Rakyat menginginkan kejatuhan rejim," demikian teriakan sebagian orang yang berkumpul di bundaran tersebut.

Sebagian lagi menyeru Panglima Tertinggi Mohamed Hussein Tantawi, pemimpin dewan militer yang kini memerintah Mesir, agar turun.

sumber : Antara/Xinhua-OANA/Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement