REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Nama KH Zainuddin MZ di pertengahan dekade 1970-an terus melambung. Melampaui anggapan sang tokoh bahwa ternyata ia diterima di semua lapisan masyarakat. Undangan berdakwah membanjiri dirinya.
Seperti dikutip dari biografinya, Dakwah dan Politik Dai Berjuta Umat, hingga suatu waktu, kesempatan legendaris itu datang. Sebuah perusahaan rekaman, Virgo Record, melirik peluang dari dakwah Zainuddin. Bagaimana jika Zainuddi ceramah di kaset saja? Ini tentu menguntungkan bagi para penggemarnya di pelosok Indonesia.
Zainuddin tak pernah mengira ada ajaka seperti ini. Merekam dakwahnya ke dalam kaset. Ia menyambut baik ide cerdas itu. Duit honor dari rekaman kaset ia gunakan untuk naik haji bersama istrinya.
Ternyata rekaman kasetnya meledak. Kaset-kaset Zainuddin laris bak kacang goreng. Tak hanya di Indonesia tapi juga di ASEAN dan sejumlah negara Asia. Suaranya bergema di Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia dan sejumlah negara lain. Permintaan dakwah beneran pun terus mengalir.
Sukses luar biasa di rekaman pertama, Virgo Record tancap gas. Surat kontrak untuk lima kaset mereka sodorkan ke Zainuddin. Zainuddin setuju dan menekennya. Kaset-kaset ini ternyata menarik minat produser di Singapura. Lewat Angel Record Singapura, jadilah tujuh album dakwah Zainuddin beredar di toko kaset di Asia.
Setelah Virgo Record, giliran Naviri Record yang mengincar Zainuddin. Ia pun dikontrak tiga tahun oleh Naviri untuk materi dakwah dalam kasetnya. Oleh dakwah kaset inilah namanya kian meluas. Apalagi radio-radio swasta kerap memutar dakwah Zainuddin saat pagi menjelang.