REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Jejak yang ditinggalkan almarhum Kyai kondang Zainuddin MZ tak sekadar dakwah dan kaset. Ia juga merambah ke dunia film. Pada 1991, Kyai main film Nada dan Dakwah bersama Rhoma Irama cs.
Film yang menggabungkan irama dangdut dari Rhoma Irama dan dakwah dari Zainuddin MZ serta Deddy Mizwar yang menjadi ustaz ini disutradarai oleh Chaerul Umam.
Ceritanya bersetting di sebuah desa bernama Pandanwangi. Seorang konglomerat mengincar lahan di desa itu. Ia hendak membangun sebuah pabrik tapioka. Sebagai iming-iming agar warga menjual rumah dan lahannya ia berjanji mempekerjakan warga desa di pabriknya.
Selain itu, si konglomerat juga menjanjikan membangun sejumlah fasilitas hiburan. Konflik yang tadinya soal tanah kini melebar ke masalah sosial. Warga desa resah. Ustaz di desa itu, yang diperankan Deddy Mizwar, menasehati agar warga menolak menjual lahannya. Lantas datang KH Zainuddin MZ yang berpidato di sana. Ia ambil posisi sebagai penengah konflik.
Ke masyarakat ia berikan ceramah yang mendinginkan suasana. Zainuddin juga berhasil meluluhkan hati konglomerat sehingga urung membangun pabrik.
Atas aktingnya itu, Panitia Festival Film Citra 1992 memasukkan nama Zainuddin MZ ke dalam nominator Piala Citra kategori Pemeran Pembantu Pria Terbaik. Namun konflik juga hinggap ke masuknya film Nada dan Dakwah dan nominasi Zainuddin. Ia dikabarkan menerima banyak kritikan ketika bermain film.
Ini membuat Zainuddin mengirim surat undur diri dari nominasi ke panitia Citra. Oleh juri akhirnya pemenang kategori tersebut jatuh ke tangan Deddy Mizwar. Sementara film Nada dan Dakwah meraih penghargaan dari kategori Cerita Asli atas nama Asrul Sani dan kategori penata suara oleh Edi S Pramono.