REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Tudingan adanya dukungan diplomat asing atau Amerika Serikat (AS) terhadap pencalonan Sri Mulyani Indrawati (SMI) tidak terlalu dipedulikan pengamat politik LIPI, Ikrar Nusa Bakti. “Saya nggak mau tahu dukungan AS atau dukungan diplomat asing,” katanya, Jumat (5/8).
Ia mengingatkan persoalan partai Serikat Rakyat Independen (SRI) yang mengusung SMI dan persoalan pencalonan presiden RI adalah 100 persen tanggung jawab masyarakat sebagai anak bangsa. “Bukan kita menjadi misalnya kacung dari sebuah negara imperialis dan juga kolonialis seperti AS, Belanda, atau negara lain,” katanya. Ikrar menuntut agar pemerintah bisa mengatakan tidak pada AS, termasuk dalam kaitannya dengan investasi.
Menurutnya, dengan diusungnya SMI oleh partai SRI merupakan modal awal yang cukup besar. Sebab, lanjutnya, menjual calon itu penting dalam dunia politik. Terlebih lagi, di belakang partai SRI adalah kalangan intelektual termasuk filsuf, pengamat ekonomi, dan pengamat politik yang tidak mau masuk partai, tetapi terpaksa masuk partai untuk memperbaiki Indonesia.
“Yang jelas memang ada satu perbedaan mendasar, terlepas dari beberapa pengurusnya adalah mantan pengurus anggota partai lain seperti PAN dan partai lain, menurut saya, pencalonan SMI modal dasar yang sangat besar dibandingkan dengan pembentukkan partai lain yang sebelumnya,” katanya.
Tetapi, diingatkan Ikrar, partai SRI harus bisa membebaskan SMI dari kasus Bank Century. Tak hanya itu, untuk menunjukkan sebagai mantan pejabat di IMF dan juga Bank Dunia, SMI bisa mengatakan tidak kepada AS kalau ada tekanan poltiik dari sana.
“Karena buat saya itu kunci untuk menunjukkan Indonesia itu berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan juga punya kebudayaan dalam kebangsaan kita,” katanya.