Jumat 05 Aug 2011 15:25 WIB

Ideologi Dibalik Breivik (V): Dari Mana Ia Memperoleh Gagasannya?

Anders Breivik, tersenyum saat berada di dalam mobil polisi
Foto: Dailyrecord.co.uk
Anders Breivik, tersenyum saat berada di dalam mobil polisi

REPUBLIKA.CO.ID, OSLO - Pembunuh, Anders Breivik, memiliki jejak rekam di dunia politik yang dimulai di Partai Progres, partai ultra-kanan populer di Norwegia

Pada hari kelima setelah serangan teroris dilakukan Breivik, Pemimpin Partai Progress, Siv Jensen, wanita berambut pirang berbalut busana hitam, berdiri di taman di luar apartemen kediaman resmi Perdana Menteri Jens Stoltenberg. Ia bersama pemimpin seluruh partai yang duduk di parlemen.

Di taman itu, Stoltenberg mengumumkan pembentukan komisi khusus untuk menyelidiki kemungkina ada kesalahan yang dibuat badan keamanan negara, polisi dan pasukan darurat sehingga insiden pembantaian terjadi. Namun ia menekankan pula bahwa rakyat Norwegia tak akan sembunyi, dan kelas-kelas politik akan lebih bersatu ketimbang sebelumnya.

Tak lama setelah serangan, Siv Jensen berkata, "Semua rakyat Norwegia kini adalah anggota pemuda Partai Buruh." Ia juga diundang turut bersama pimpinan partai lain dan ia mendapat perlakuan sama. Namun, tak bisa dipungkiri, Jensen memiliki masalah. Breivik sempat menjadi anggota aktif dalam partai selama tujuh tahun, bertugas sebagai kepala deputi organisasi kepemudaan lokal.

Masalah lain Jensen adalah salah satu anggota partai pernah menerbitkan dokumen setahun lalu berjudul "The Dream of Disneyland" yang menuding Partai buruh. "Ada apa dengan budaya Norwegia sehingga kalian ingin menggantikan dengan sesuatu yang kalian panggil multikultural," tanya si pengarang. "Dan mengapa kalian menikam budaya sendiri dari belakang?"

Ketakutan Dominasi Asing

Ada arus besar gerakan ultra-kanan menyapu penjuru Eropa. Seperti Breivik, menurut analisa Der Spiegel, mereka  mengubah haluan dari anti-Semit dengan anti-Muslim dan Islam sebagai musuh utama

Geert Wilders, politisi Belanda, bersama Partai untuk Kebebasan yang ia dirikan, telah menjadi bagian minoritas pemerintahan Uni Eropa di The Hague sejak tahun lalu. Sosok ini adalah pelopor dalam gerakan anti-Muslim. Ia menyeru pelarangan terhadap Al Qur'an dan menyamakan kitab tersebut dengan 'Mein Kampf' milik Hitler. Tak hanya itu, Wilders juga ingin agar wanita yang mengenakan penutup kepala harus membayar 'pajak kepala-berkain'. Kini Wilders memiliki dan peniru, yang juga takut bahwa globalisasi akan menghasilkan dominasi asing.

 

Mereka, tulis Der Spiegel, mulai dari Partai Rakyat Denmark, yang telah membantu minoritas kanan tengah tetap berkusa selama lebih dari 10 tahun, ada pula Liga Utara Italia, Demokrat Swedia--yang pemimpinnya berkata terhadap parlemen negara bahwa Islam adalah ancaman terbesar Eropa sejak Perang Dunia II.

Lalu di Paris ada True Finns yang diketuai Marine Le Pen, di Belgia ada partai nasionalis, Vlaams Belang dan di Australia terdapat Partai Kebebasan (FPO) yang sangat ultra kanan.

Breivik paling terpikat dan jatuh cinta dengan Austria yang ia sebut 70 kali dalam manifestonya. Ia bahkan menyatakan apresiasinya kepada 'saudara dan saudarinya' di sana.

Ini bisa jadi berkaitan dengan jajak pendapat yang menunjukkan bahwa FPO dikenal dengan slogan anti-Muslim dan klaim bahwa Islam adalah 'fasisme' abad ke-21 yang tengah mencoba menjadi partai terkuat di Austria.

Debat di Jerman atas buku kontroversial tulisan Thilo Sarrazin, juga menarik hatinya. Namun terlambat untuk tujuan Breivik. Ketika kontroversi seputar buku itu memanas pada Agustus 2010, Breivik menuturkan telah menyelesaikan riset untuk manifestonya.

Sesungguhnya Breivik tak puas dengan Jerman. Ia menulis bahwa negara itu tak memiliki partai anti-Islam yang serius dan tak mampu membangun pertahanan politik melawan Islamisasi. Meski demikian, ia menyatakan tertarik dengan partai neo-Nazi, NPD.

Menginspirasi Peniruan

Apa arti serangan itu bagi golongan ultra-kanan di negara lain? "Ia bisa menjadi blueprint bagi peniru," ujar wakil presiden badan intelijen  domestik Jerman, Alexander Eisvogel.

"Dari sudut pandang teroris, rencananya sangat detail dan disusun berhati-hati hingga tak menarik perhatian otoritas. Ia mencatat semua di jurnal harian. Ini sebuah kombinasi serangan dan persiapan yang direncanakan matang. Kini dokumen itu dapat diakses oleh umum, itulah kecemasan terbesar kami," ujarnya.

Sejauh ini reaksi komunitas ultra-kanan merentang, mulai keras hingga berhati-hati. Keragaman reaksi itu, menurut spekulasi Eisvogel, bisa jadi karena teka-teki keberadaan Knight Templar dan penolakan nyata pemikiran Nazi baik oleh kalangan ultra-kanan Jerman sekalipun.

Tokoh ultra-kanan cenderung mengambil jarak dari kejahatan Brevik. FPO yang diketuai politisi Heinz Christian Strache dengan hati-hati menyatakan bahwa aksi Breivik adalah upaya 'primitif dan rendahan' yang menghasilkan tragedi di Norwegia.

Sementara Liga Pertahanan Inggris (EDL) yang mengonfirmasi bahwa sebagian anggotnya menjalin kontak dengan Breivik lewat Facebook, memuja ideologinya. EDL setuju bahwa Islam membawa 'masalah serius' di penjuru dunia yang kerap mengambil nyawa manusia sebagai ongkos. Namun, EDL mengatakan kekerasan bukanlah jawaban.

Bagi golongan sayap kanan moderat, mereka memilih menggambarkan Breivik sebagai orang gila dan pembunuh tunggal, kesepian, datang tak terduga. Meski Breivik mengaku bahwa idelogi asli dan brutal miliknya, sebagian besar dipengaruhi oleh blogger sayap kanan "Fjordman, namun, menurut Spiegel, akar Breivik sesungguhnya adalah opini ultra-kanan yang tengah berkembang di Eropa. (bersambung)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement