REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI – Warga Tripoli menggelar perayaan kemenangan hingga Rabu dini hari (24/8), setelah pemberontak berhasil menguasai kompleks Muamar Qadafi—meskipun tidak ditemukan tanda-tanda adanya orang kuat Libya itu atau anak-anaknya.
Beberapa jam kemudian, media pro-Qadafi mengutip pidatonya yang menyatakan dirinya telah meninggalkan kompleks sebagai sebuah "penarikan taktis", setelah area tersebut rusak akibat serangan bom NATO. Namun pidato Qadafi itu tidak memberikan indikasi ke mana ia pergi.
Serangan pada kompleks Bab Al-Aziziya terjadi setelah tiga hari pertempuran di ibukota, yang dipimpin langsung oleh Kepala Dewan Transisi Nasional (NTCI), Mustafa Abdel Jalil. Pertempuran ini, kata Jalil, telah menewaskan lebih dari 400 orang dan melukai 2.000 lainnya.
Tanpa menentukan sikap bahwa ia berbicara atas nama kedua belah pihak, Jalil mengatakan kepada saluran televisi France-24, sekitar 600 milisi pro-Qadafi telah ditangkap. "Tetapi pertempuran tidak akan berakhir sampai pemimpin Libya itu sendiri menjadi tahanan," tegas Jalil.
Tembakan perayaan mengguncang kota ketika tersebar berita bahwa para pemberontak telah menjebol dinding kompleks di pusat ibukota dan membuat pasukan Qadafi kocar-kacir melarikan diri.
Tapi loyalis Qadafi masih menguasai sebagian sudut kota, dan mengendalikan Hotel Rixos, markas sekitar 30 wartawan asing yang terakreditasi dengan rezim. Para loyalis ini melarang mereka (wartawan) meninggalkan hotel.
Jalil juga mengatakan, tiga kawasan ibukota masih ngotot melawan, termasuk daerah Abu Slim—yang mengirimkan setengah lusin bom mortir ke Bab Al-Aziziya, Selasa (23/8) malam.