REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Parlemen Libya melantik perdana menteri baru, Ahad (4/5). Konferensi Nasional Libya memilih pengusaha 42 tahun Ahmed Maiteeq sebagai perdana menteri baru.
Wakil pembicara kedua parlemen Saleh al-Makhzoun mengatakan kepada Reuters, Maiteeq memperoleh 120 suara.
"Saya bersumpah akan melaksanakan tugas dengan jujur dan pengabdian," kata Maiteeq dalam sumpahnya di parlemen, seperti dikutip Aljazeera.
Saat itu beberapa kursi tampak kosong. Dalam sesi yang kacau, Maiteeq awalnya dilaporkan hanya mampu mengumpulkan 113 dari 120 suara yang diperlukan.
Tapi, setelah setelah penghitungan ulang al-Makhzoun mengatakan Maiteeq telah meraih 121 suara. Dia mengalahkan penantangnya, Omar al-Hassi, seorang profesor universitas.
Beberapa politisi segera menentang penunjukan Maiteeq itu. Fatma al-Majbari kepada stasiun TV Libya Al-Ahrar mengatakan, terdapat pelanggaran dalam penunjukan itu.
Maiteeq diberikan dua pekan atau lebih awal untuk membentuk pemerintahan baru. Parlemen sementara Libya yang terdiri dari 185 kursi menemui jalan buntu dan tidak mampu memilih pemimpin.
Abdullah al-Thinni mengundurkan diri sebagai perdana menteri tiga pekan lalu karena serangan kelompok bersenjata pada keluarganya. Thinni mengundurkan diri hanya satu bulan setelah pemilihannya, saat ia menggantikan Ali Zeidan.
Sejak turunnya Muammar Qaddafi pada 2011, Libya terus mengalami penurunan kondisi keamanan.