REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL - Korea Selatan setuju membeli rudal-rudal dari satu perusahaan Israel sebagai bagian meningkatkan keamanan dekat perbatasan Korea Utara di lepas pantai barat, demikian media Korsel, Selasa (6/9) melaporkan.
Kantor berita Yonhap yang mengutip satu sumber militer mengatakan bahwa Seoul belum lama itu setuju membeli rudal-rudal NLOS Spike, dan senjata-senjata itu akan digelar akhir tahun depan. Sekitar 50 rudal akan digelar di pulau-pulau Baengnyeong dan Yeonpyong d Laut Kuning, tambah sumber itu.
Empat warga Korsel tewas November tahun lalu ketika Korut menembaki Yeonpyeong dalam serangan pertama seperti itu terhadap daerah Korsel. Pyongyang mengatakan pihaknya diprovokasi untuk melancarkan serangan itu oleh satu latihan mmiliter Korsl di daerah itu.
Seoul meningkatkan kehadiran militernya di daerah itu sejak serangan tersebut, dan berikrar akan membalas dengan dahsyat serangan-serangan seperti di masa depan.
Sistem Pertahanan Canggih Rafeal yang dikembangkan Israel, rudal GPS memiliki jangkauan tembak 25km yang berarti senjata itu dapat dengan mudah menghantam laras-laras artileri Korut yang digelar di goa-goa gunung di sepanjang perbatasan Laut Kuning yang tegang, kata Yonhap.
Garis Perbatasan Utara (NLL) yang memisahkan kedua Korea ditetapkan secara sepihak oleh pasukan PBB pada akhir Perang Korea tahun 1950-1953. Pyongyang tidak mengakui garis perbatasan itu dan menuntut agar garis itu disusun kembali lebih jauh ke selatan.
Perbatasan Laut Barat itu menjadi ajang sejumlah insiden dalam 10 tahun bwlakangan ini, dan dua Korea yang secara teknis masih dalam perang, terlibat baku tembak artileri sebentar di sana tahun ini.
Dalam dua bulan belakangan ni, satu usaha diplomasi antara negara-negara regional itu menimbulkan harapan bagi dimulainya kembali bantuan yang lama terhenti bagi perundingan denuklirisasi.