REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Kisruh yang terjadi di Universitas Indonesia (UI) menurut pakar komunikasi, Efendi Ghazali, bisa jadi untuk melupakan kasus-kasus korupsi yang terjadi di Indonesia. Efendi menganggap ada pihak-pihak yang sengaja membiarkan kasus di UI berlarut-larut.
"Jangan-jangan Mendiknas dan Dirjen Dikti sengaja mengulur untuk melupakan kasus Nazaruddin, Nunun, Century dan sejumlah kasus korupsi yang tidak lekas selesai," ungkap Efendi saat konferensi pers menanggapi kisruh di UI di Taman Pascasarjana UI Salemba, Jakarta, Jum'at (9/9).
Efendi berharap kasus di UI dapat segera diselesaikan. Pihaknya bersama sejumlah tokoh yang dituduh hendak menggulingkan rektor UI itu tidak lagi berfokus akan mencabut gelar Doktor Honoris Causa raja Arab Saudi. Menurutnya, pencabutan gelar tersebut ditakutkan akan memperkeruh hubungan pemerintah Indonesia dengan Arab Saudi.
Sekarang, sejumlah tokoh justru dituduh berkonspirasi menggulingkan rektor UI, Gumilar Rusliwa Sumantri. Isu itu merebak setelah adanya dokumen yang menjadi bukti konspirasi tersebut berjalan oleh sejumlah pihak. Dokumen rahasia itu berupa hasil penyadapan telepon yang dilakukan intelejen pihak tertentu.
Menurut Efendi, dokumen tersebut digolongkan sebagai 'propaganda dengan isi yang dipelintir'. Karena, pengungkapan isinya tidak ditempatkan pada konteks yang benar.
"Dokumen itu lebih mirip seperti 'bom buku'. Dikirimkan ke beberapa pihak, tapi pihak lain tidak mengetahuinya," terang Efendi terkait dengan tersebarnya dokumen rahasia skenario penggulingan rektor.
Efendi mengharapkan semua pihak untuk ikut mengawal kasus ini. Pihaknya beserta sejumlah tokoh yang dinyatakan terlibat dalam dokumen tersebut akan mengklarifikasi dan membuka semua bukti pada Senin (12/9) depan.