REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pengamat pendidikan Daniel M Rosyid mengapresiasi pidato Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) baru-baru ini yang dinilainya mengandung unsur kebenaran. Menurut Daniel, walaupun isi pidato tersebut tidak menyenangkan bagi Amerika Serikat (AS) dan para sekutunya, tapi yang disampaikan Ahmadinejad sesuai fakta dan realita di lapangan. "Tidak banyak pemimpin yang cukup setia pada kebenaran," kata Daniel kepada Republika, Sabtu (24/9).
Dikatakan Daniel, melihat tatanan dunia yang rusak akibat ketidakadilan negara Barat, para pemimpin dunia Islam perlu mengonsolidasikan diri menjadi kekuatan baru yang lebih setia kepada kebenaran.
Karena bila saatnya tiba, kata dia, di tengah-tengah keruntuhan kapitalisme global dan dominansi Barat, serta kebangkitan Cina, negara Islam wajib mengampil porsi lebih besar dalam percaturan tingkat global. "Ahmadinejad memberi teladan pemimpin negara Islam untuk mewujudkan hal itu," jelas Guru besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya tersebut.
Jika pemimpin berani menggelorakan keadilan global, lanjut Daniel, nasionalisme sempit yang bisa menjerat negara-negara Muslim bisa dihindari. Malahan, beberapa negara Islam sangat berpotensi untuk bangkit sebagai kekuatan ekonomi, politik dan budaya alternatif yang siap mewarnai kehidupan masyarakat dunia.
Meski begitu, kata Daniel, akan lebih kredibel dan berdampak nyata jika kata-kata Ahmadinejad itu keluar dari mulut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selaku pemimpin negara Muslim terbesar di dunia.
Meskipun tidak harus meniru Ahmadinejad yang sangat keras dan menantang terhadap negara Barat, tapi bisa dengan jalan lebih khas yang identik dengan budaya Indonesia seperti diamanatkan oleh Pembukaan UUD 1945. "Presiden SBY harus berani tegas, seperti Ahmadinejad agar Indonesia bisa memiliki peran lebih besar dalam percaturan dunia," harap Daniel.