REPUBLIKA.CO.ID, SIRTE - Mantan orang nomor satu Libya, Moammar Qaddafi sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda mengendur, apalagi menyerah. Ia menyerukan rakyat Libya melakukan unjuk rasa menentang penguasa-penguasa baru negara itu, sementara pasukannya melancarkan serangan balasan di kampung halamannya Sirte.
Pernyataan Gaddafi itu diucapkan dalam satu pesan audio yang disiarkan Kamis (6/10) di televisi Arrai yang berpangkalan di Suriah. Tayangan itu muncul saat Menteri Pertahanan Amerika Serikat Leon Panetta sedang melakukan perundingan-perundingan di Napoli dengan para perwira NATO mengenai masa depan serangan udara di Libya.
"Saya menyerukan rakyat Libya, pria dan wanita datang ke taman-taman dan jalan-jalan di seluruh kota dalam jumlah jutaan orang" untuk menolak Dewan Transisi Nasional (NTC), kata Gaddafi.
"Saya mengatakan kepada mereka, jangan takut pada siapapun. Anda adalah rakyat , anda memiliki tanah ini," kata Gaddafi, yang keberadaannya tidak diketahui tetapi kemungkinan besar masih di Libya.
"Berusahalah agar suara anda didengar para kaki tangan NATO itu," katanya, mengacu pada rezim baru Dewan Transisi Nasional (NTC).
Pesannya itu muncul saat pertempuran berkecamuk di Sirte, kampung halamannya di daerah pantai Mediterania, tempat para pendukungnya berusaha melepaskan kepungan tiga minggu atas kota itu oleh para petempur NTC.
Pertempuran di front timur laut Sirte Kamis pagi setelah pasukan Gaddafi bergerak maju di dalam situasi yang gelap, kata para petempur NTC.
"Ada banyak gerak maju selama Kamis malam: para penembak jitu bergerak di Sirte dan Bani Walid, satu kota gurun 170km tenggara Tripoli, adalah pangkalan besar terakhir Gaddafi melawan NTC, yang telah menguasai sebagian besar negara kaya minyak itu setelah orang kuat itu digulingkan Agustus lalu.
Pada Kamis siang, para petempur NTC menghentikan serangan pasukan Gaddafi dan maju dengan berjalan kaki di antara gedung-gedung, dalam menghadapi serangan roket dan penembak jitu.
Sementara itu, pasukan tambahan NTC dikirim ke Bani Walid yang melakukan serangan lainnya terhadap psukan Gaddafi yang mempertahankan dengan gigih daerah itu.
Mussa Ali Yunes, komandan Brigade Jado mengatakan "kami sedang menuju front selatan Bani Walid," berbicara tentang satu kelompok 1.000 orang dan ratusan kendaraan.
Ia mengatakan usaha-usaha sedang dilakukan untuk menyakinkan 10 persen penduduk yang masih berada di ibu kota itu agar meninggalkan kota itu sebelum seragan baru dilakukan setelah sebulan pengepungan.
"Serangan itu mungkin dilakukan dalam dua hari tetapi itu tergantung pada situasi." "Banyak senjata di Bani Walid, senjata berteknologi tinggi, sangat muthakir berasal dari Rusia," katanya.
"Kami memerlukan senjata-senjata yang lebih canggih tetapi juga informasi intelijen mengenai di dalam kota itu terutama tentang jumlah rudal yang dimiliki.
"Sekitar 2.000 petempur dikerahkan di front utara , tetapi mereka hanya bersenjatakan jenis ringan sekarang, karena senjata berat berada di Sirte."