Senin 17 Oct 2011 09:19 WIB

Warga Perbatasan Transaksi Pakai Ringgit

Rep: Erik Purnama Putra/ Red: Didi Purwadi
Seorang warga memegang patok tapal batas di Dusun Camar Bulan, Desa Temajok, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalbar. Patok semen tipe D nomor A104 itu merupakan hasil kesepakatan Indonesia-Malaysia 1978.
Foto: ANTARA
Seorang warga memegang patok tapal batas di Dusun Camar Bulan, Desa Temajok, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalbar. Patok semen tipe D nomor A104 itu merupakan hasil kesepakatan Indonesia-Malaysia 1978.

REPUBLIKA.CO.ID,SAMBAS - Warga Desa Temajuk, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, yang menjadi garda terdepan dan penghuni kawasan perbatasan dengan Malaysia banyak menyimpan mata uang ringgit Malaysia. Mereka mengaku lebih mudah bertransaksi dengan ringgit daripada rupiah.

Rusmin, salah satu warga Temajuk, mengakui warga di tempatnya yang bekerja sebagai pedagang lebih menyimpan mata uang ringgit. Hal itu lantaran lebih sering berbelanja ke Pasar Malanau, Serawak, daripada ke Sambas, apalagi ke Pontianak.

Ia pun membandingkan. Untuk ke Malanau, warga hanya butuh perjalanan sejam menggunakan speedboat bermesin. Adapun ketika menggunakan perahu biasa, perjalanan bisa bertambah 30 menit melewati garis pantai Laut Natuna.

Jika memilih bertransaksi ke Sambas, warga harus menyusuri garis pantai yang menjadi akses menuju Kecamatan Paloh sepanjang 40 kilometer. Jarak itu ditempuh dengan waktu hampir dua jam kendaraan. Setelah itu, warga harus menyeberangi Sungai Ceremai selebar satu kilometer menggunakan perahu kayu.

Ketika sampai di Kecamatan Paloh, mereka masih menyeberangi sungai menuju Tanjung Harapan menggunakan kapal fery. Kemudian, mereka butuh perjalanan 45 menit menuju pusat administrasi Kabupaten Sambas dengan jalan sebagian rusak dan separuhnya beraspal.

"Inilah mengapa warga lebih senang bertransaksi di Pasar Malanau," ungkap Rusmi.

Ia menyebut sebagian besar pasokan bahan kebutuhan pokok warga didapat dari negeri tetangga. Beras, telur, gula, minyak goreng, daging ayam, bawang, dan berbabagi macam bumbu dapur lainnya didapat dari Pasar Malanau.

Hanya ikan yang bisa dipenuhi warga sendiri dari hasil menangkap ikan di laut. Karena itu, mudah dijumpai di desa warga menyimpan dan bertransaksi tidak dengan rupiah. "Warga pakai ringgit sebab ongkos tak besar, tidak ada resiko perjalanan beli ke Malaysia. Kalau ke Sambas, jauh dan jalanannya banyak hambatan," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement