REPUBLIKA.CO.ID,BANDARLAMPUNG0- Pengamat politik dari Universitas Lampung (Unila), Arizka Warganegara, menilai, persaudaraan politik atau pertunangan politik menjadi realitas yang tidak terbantahkan dalam politik Indonesia saat ini.
"Sebenarnya dalam sejarahnya dulu kerap terjadi hal seperti ini. Hanya saja pertunangan politik yang terjadi sekarang lebih pada rezim yang plutokrasi, bukan rezim monarki," kata Arizka Warganegara, di Bandarlampung, Jumat.
Ia menjelaskan, rezim plutokrasi adalah rezim orang-orang kaya yang berkuasa, pertunangan politik model baru itu kerap melibatkan antara para penguasa baru.
"Pertunangan politik ini kerap terjadi sebagai bagian dari maximizing utilities (memaksimalkan kegunaan) dan dengan terjadinya 'politik besan' dengan bergabungnya dua kubu dalam satu frekuensi maka ini akan berimplikasi pada daya dorong mesin politik yang secara formal diwakili oleh masing-masing partai politik tersebut," kata dia.
Arizka menjelaskan, walaupun di sisi lain sebenarnya pertunangan politik mempunyai implikasi yang negatif terutama pada era politik pencitraan seperti sekarang.
"Ketika patron yang dicitrakan itu mempunyai 'bad image' di masyarakat, maka secara otomatis pengikut patron tersebut akan terimbas dan ini yang semestinya juga menjadi pertimbangan bagi pengikut patron mengenai perlunya kejelian dalam menjaga momentum," ujarnya.