REPUBLIKA.CO.ID,Makkah -– Meski terus diimbau agar tak membawa barang melebihi ketentuan, para jamaah haji yang akan pulang ke tanah air tetap mencoba menyiasati aturan itu.
Bahkan, tetap banyak yang terus berusaha atau tidak percaya bila aturan itu akan dilaksanakan serius. Namun, pada sisi lain pihak penerbangan dipastikan tak akan mentoleransi adanya kelebihan barang bawaan tersebut.
‘’Ya saya akan coba saja. Kalau barang ini sampai ada yang tak bisa tertaba ya sudahlah. Sudah risiko,’’ kata Fajarina, jamaah asal Medan, di Makkah, Jumat (18/11).
Sebagai bukti bahwa tidak adanya tolerasni kelebihan barag bawaaan, terbukti ketika jmaah haji yang pulang menggunakan Saudi Airlines harus rela meninggalkan barang bawaannya yang dibeli di Tanah Suci.
Pasalnya, pihak penerbangan ini tetap tidak mengizinkan adanya penumpang yang membawa beban bawaan melebihi batas maksimum seperti yang telah ditentukan yakni ,untuk kopor 30 kilogram dan tas jinjing tujuh kilogram.
“Saya kadang kasihan melihatnya. Tapi, tidak dapat berbuat apa-apa, kecuali sekadar menyiasati supaya jemaah dapat membawa oleh-oleh yang menjadi prioritasnya,” kata Kasi Pengamanan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab, Saudi Mayor CAJ Jarkasi, yang bertugas di Bandara King Abdul Azis.
Jarkasi menuturkan, kalau kelebihan barang bawaan yang kebanyakan berupa air zamzam setiap harinya numpuk di terminal timur tempat jamaah menunggu. Biasanya, imbuh Jarkasi, petugas dari Saudi Airlines juga melakukan pembongkaran kopor yang terdapat air zamzam di dalamnya. Begitu pula tas jinjing juga langsung dibongkar dan dikeluarkan isi kelebihan barangnya.
Menurut dia, petugas Saudi Airlines itu sebenarnya tidak sedikit yang berasal dari Indonesia. Namun, dalam menjalankan tugas mereka tidak bisa menoleransi adanya kelebihan penumpang karena ini sudah menjadi aturan baku setiap maskapai penerbangan.
Ia pun mengakui, kadang para petugas layanan barang memang bertindak berlebihan ketika memeriksa barang. In misalnya mereka kerap kali yak mengindahkan budaya yang dimilikinya dengan melemparkan tas begitu saja.
“Para petugas pengawasan barang, ada juga yang main lempar. Ini yang kadang membikin trenyuh perasaan kita,” kata Jarkasi seraya menambahkan, pihaknya mencoba membantu barang selain Zamzam yang bisa dibawa dengan cara menyiasatinya. “Alhamdulillah ada juga yang lolos,” ujarnya.
Diperkirakan di Bandara King Abdul Aziz Jeddah, saat ini ada penumpukan barang bawaan jemaah haji Indonesia yang diperkirakan nilainya mencapai Rp10 juta per kloter. Situasi ini pun mendapat perhatian serius dari Kabid Penerbangan PPIH, Subakin Abdul Muthalib.
Karena itu ia meminta agar petugas Saudia Airlines untuk mengintensifkan lagi pengumuman kepada jemaah haji yang akan pulang ke tanah air mengenai soal jenis dan batas berat barang bawaan yang bisa dibawanya masuk ke dalam pesawat terbang.
“Kami juga sudah meminta bantuan petugas Daker Jeddah agar membantu menyosialisasikan perihal berat barang bawaan yang boleh dibawa dan barang yang tidak boleh dibawa. Dalam hal ini petugas tidak boleh lelah untuk menginformasikan kepada jemaah haji perihal barang bawaannya itu. Sebab, sayang kalau ada barang yang sudah dibeli ditinggal begitu saja di Bandaa King Abdul Aziz Jeddah ini,’’ tandas Subakin.