REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Seorang perempuan tengah mencoba mantel musim dingin berukuran besar. Berulang kali ia melihat cermin untuk memastikan mantel itu sesuai dengan dirinya. Ia seperti kebanyakan Muslimah Mesir yang mengenakan jilbab.
"Apakah mantel ini menutupi bagian belakang tubuh saya," tanya perempuan itu.
Usut punya usut, perempuan itu bukanlah asli Mesir. Namanya Stella. Ia merupakan imigran asal Peru yang telah memutuskan memeluk Islam. Ia tinggal di Mesir lantaran dinikahi pria Kairo.
Estella sebelumnya kesulitan menemukan pasangan hidup sejatinya. Dia sempat gagal dalam membina pernikahan.
Yang menarik, Stella telah memeluk Islam sebelum menikahi pria Kairo. Ia temukan Islam sebagai panduan hidup setelah kecewa terhadap dua pria latin yang menikahinya. Ia pun kecewa dengan keyakinannya dahulu.
Suka Pria Arab
Kasus serupa juga dialami Myriam (41 tahun). Insinyur kimia asal Kolombia ini menikahi pria Mesir setelah memutuskan memeluk Islam lima tahun lalu. Baginya, Islam bukanlah agama melainkan gaya hidup yang memberikan panduan praktis tentang bagaimana seorang Muslim bersikap, berbicara dan mengetahui hak dan kewajiban perempuan dalam pernikahan.
"Islam bukanlah agama yang pernah aku pelajari di sekolah atau di rumah. Anda tidak pergi beribadah setiap Ahad lalu melakukan apapun yang diinginkan setelahnya. Itu munafik bagiku,'' katanya seperti dikutip albawaba.com, Kamis (29/12). ''Namun, Islam memberikanku nuansa berbeda. Islam konsisten dalam menyeimbangkan antara teori dan praktek.''
Kedua kisah perempuan ini memliki kesamaan. Mereka bertemu dengan pasangannya melalui sebuah situs internet. "Aku bertemu suamiku saat seorang teman membuka akun di Qiran.com. Saat itu, aku telah menjadi Muslim selama tiga tahun lalu aku lihat fotonya. Dalam pandangan pertama, aku menyukainya karena bukan hanya tampan, tetapi ia berbeda dengan setiap orang yang aku kenal," papar dia.
Saat ditanya mengapa ia tertarik dengan pria Mesir ketimbang pria Latin, Stella mengatakan ada hubungan erat antara 'kekeluargaan' dengan Arab. Sementara, pria latin cenderung playboy.
"Kami perempuan latin akan memberikan segalanya. Kami senang pasangan kami memiliki sikap seperti kita yang mau berbagi," ungkap Stella.