REPUBLIKA.CO.ID, MANILA – Longsor menerjang tiga pemukiman kumuh di area pertambangan Barangay Napnapan, Filipina, sekitar pukul 03.00-04.00 dini hari waktu setempat, Kamis (5/1).
Sebanyak 25 orang tewas dan puluhan lainnya hilang. Insiden naas ini terjadi di dekat Kingking, bagian selatan Mindanao, yang merupakan tambang emas-tembaga terbesar yang belum berkembang.
“Longsor terakhir terjadi sebelum Subuh. Orang-orang terkubur oleh longsoran tanah dan batuan,” ujar Juru Bicara Militer, Letnan Kolonel Leopoldo Galon. Sebanyak 16 orang berhasil diselamatkan dan dibawa ke rumah sakit terdekat.
“Kita terbangun oleh batuan yang jatuh ke atas atap. Saat itu tidak ada hujan,” ujar salah seorang penambang, Saul Pinggoy.
Keadaan masih gelap, tetapi mereka berinisiatif untuk mencari tempat yang aman. Beberapa jam kemudian, berton-ton tanah longsor dan mengubur puluhan rumah. Warga berusaha mencari korban yang tertimbun dengan peralatan seadanya. Beberapa orang menggali dengan tangan mereka demi mencari keluarganya yang hilang.
Kepala Agen Bencana Nasional, Benito Ramos, mengatakan 120 tentara dikirim ke wilayah longsor untuk membantu menolong korban dan memulihkan keadaan. Helikopter militer mengangkut penambang yang terluka untuk segera dibawa ke rumah sakit.
Hujan yang berlangsung selama ini memperparah retakan di gunung yang timbul akibat longsor yang terjadi sebelumnya. Insiden pertama terjadi hampir sembilan bulan lalu di kota Pantukan. Insiden yang terjadi pada April 2011 itu menewaskan 20 orang akibat longsor yang dipicu oleh hujan. Ratusan warga dipaksa untuk mengungsi ketika itu.
Biro pertambangan pemerintah telah mendaftar operasi pertambangan emas-tembaga di Kingking sebagai salah satu dari proyek prioritas investasi. Tahun lalu Filipina melarang penambangan skala rendah di wilayah tersebut karena alasan keamanan.
Menteri Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Ramon Paje, telah memperingatkan warga dan pemerintah setempat mengenai retakan di pegunungan. Pakar geologi pun menyebutkan longsor dapat terjadi kapan saja. “Peringatan telah diberikan 100 persen. Hanya masalah waktu saja longsor terjadi. Sekarang terbukti,” ujar Paje.
Terdapat sekitar 3.000 penambang di area tersebut. “Jika mereka mendengarkan kami, tidak akan ada korban,” imbuh dia.
Ratusan warga miskin Filipina menggali dan mencari emas di wilayah rawan tersebut demi mengentaskan kemiskinan yang mereka hadapi. Terowongan bawah tanah kerap kali tidak stabil. Longsor dan kecelakaan pun sering terjadi di wilayah tambang.