Selasa 10 Jan 2012 10:12 WIB

Cina Tolak Bujukan AS Hentikan Impor Minyak dari Iran

Rep: Amri Amrullah/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Ladang minyak Iran
Foto: .
Ladang minyak Iran

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Timothy F Geithner, mengunjungi Beijing awal pekan ini, kunjungan tersebut untuk mencari dukungan Cina untuk menekan pengurangan impor minyak negara tirai bambu itu dari Iran.

Mungkin sudah bisa diprediksi, Geithner justru menemukan penolakan dari Beijing untuk memberikan sanksi dan tekanan finansial terhadap Teheran.

Dalam konfrensi pers kepada para wartawan Senin (9/1), Wakil Menteri Luar Negeri Cina untuk hubungan dengan AS, Cui Tiankai mengatakan, bahwa China mendukung upaya nonproliferasi global terhadap berbagai isu nuklir, tetapi perdagangan terpisah dari permasalahan itu.

 "Hubungan perdagangan normal dan kerjasama energi antara China dan Iran tidak ada hubungannya dengan masalah nuklir," kata Cui. Ia juga menegaskan pihaknya tidak mau ikut campur isu tersebut.

Cina mengimpor 11 persen minyak dari Iran tahun lalu untuk konsumsi energi dalam negerinya, dan impor minyak Iran ke Cina mencapai angka tertinggi pada November lalu sekitar 617.000 barel per hari. Menurut data dari kantor bea cukai China, pembelian minyak dari Iran tahun lalu secara signifikan lebih tinggi dibandingkan pada tahun sebelumnya pada perbandingan bulan ke bulan. Iran mengirim sekitar sepertiga dari ekspor minyak ke China.

AS berusaha memaksa dunia internasional memberikan sanksi kepada Iran, dengan membuat undang-undang baru yang akan menghukum perusahaan asing yang berhubungan dengan Bank Sentral Iran. Kunjungan Geithner ke China, yang bakal disertai mampir ke  Jepang akhir pekan ini, bertujuan membujuk konsumen utama minyak dari Asia untuk setidaknya mengurangi, jika tidak berhenti mengimpor minyak Iran.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement