REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Teka-teki runtuhnya jembatan Kutai Kartanegara (Kukar) terungkap. Tim investigasi yang dibuat oleh Kementerian Pekerjaan Umum telah mengumumkan hasil investigasi runtuhnya jembatan Kukar, Rabu (11/1). Jembatan yang runtuh pada 28 November 2011 ini diyakini karena kurangnya pengetahuan mengenai pembuatan jembatan.
Ketua tim investigasi, Iswandi Imran, dari Institut Teknologi Bandung (ITB) mengungkapkan pembangunan jembatan panjang seperti Kukar ini memerlukan pengetahuan tersendiri. Teknologi ini belum dikenal baik di Indonesia, bahkan di dunia. Jika di luar negeri banyak yang membangun jembatan gantung, kata dia, itu karena mereka membangunnya berdasarkan pengalaman.
Kronologi runtuhnya jembatan dipicu oleh adanya tambahan tegangan yang terjadi di tengah bentang jembatan saat pekerjaan pemeliharaan jembatan sedang berlangsung. Sebelumnya, jembatan ini retak pada 26 November 2011 dan telah ditemukan indikasi-indikasi hal yang tak beres. Sesuai rencana, pada bagian tengah jembatan seharusnya berbentuk seperti parabola. Namun, pada 24 November 2011, bagian tengah jembatan justru berbentuk agak cekung.
Di sisa-sia jembatan yang runtuh, banyak ditemui tanda-tanda korosi yang cukup signifikan, termasuk pada kabel utama. Tim investigasi juga menjumpai besi cor pada struktur jembatan yang materialnya sudah keropos. Banyak lubang-lubang kecil, kata Iswandi, yang menimbulkan efek pelamahan pada sistem sambungan jembatan. “Jadi banyak aspek operasinal dan pemeliharaan yang menyebabkan kegagalan struktur,” ujar dia.
Ketika jembatan ini dibangun pada tahun 1995, para ahli pun sudah meminta rekomendasi kepada para ahli dari luar negeri. Namun, katanya, saran yang diberikan bukan merupakan saran yang sempurna, sehingga masih terjadi kesalahan yang mengakibatkan kegagalan jembatan.