REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Angka kematian bayi (AKB) di Kota Banda Aceh tahun 2011 mengalami peningkatan di bandingkan tahun sebelumnya. Kepada Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh Media Yulizar di Banda Aceh, Kamis mengatakan, meningkatnya AKB itu karena faktor ibu risiko tinggi pada saat menjalani proses persalinan.
Namun, menurut dia, AKB di Banda Aceh di bawah rata-rata nasional dan juga rata-rata Provinsi Aceh. "Kalau AKB di nasional jumlahnya 264/100.000 kelahiran, sementara Provinsi Aceh 23/10.000 kelahiran, Banda Aceh sendiri 5/1000 kelahiran, artinya kita masih baik," jelasnya.
Ia menegaskan bahwa hal tersebut justru tidak membuat pihaknya merasa berbesar hati. "Kami tentu masih cemas bahwa masih ada kematian bayi, dan untuk kedepan akan banyak hal yang akan kita lakukan agar AKB di Banda Aceh bisa nihil tiap tahunnya," ungkapnya. Dijelaskannya, beberapa faktor yang menyebabkan masih tingginya AKB di Banda Aceh adalah persoalan sumber daya manusia, yakni masalah masih rendahnya kualitas para bidan dan tenaga kesehatan.
"Namun ada juga faktor perilaku masyarakat, maksudnya petugas sudah menyampaikan bahwa sang ibu akan sangat berisiko jika dipaksakan hamil, namun tetap saja memilih hamil yang kemudian menyebabkan kematian bagi si bayi," tuturnya.
Yulizar juga menambahkan selain AKB untuk angka kematian ibu (AKI) tahun 2011 tidak ada perubahan. "Tidak ada perubahan, jika tahun 2010 hanya ada satu kematian, tahun 2011 juga satu kematian," imbuhnya.
Sementara itu, Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh yang didukung oleh program kinerja USAID menggelar diskusi pengaduan pelayanan kesehatan ibu dan anak, Rabu (11/1).
"Tujuan dari diskusi ini adalah untuk mengidentifikasi pengaduan dan keluhan-keluhan masyarakat terkait dengan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Pemkot, dan juga untuk menciptakan kesadaran para pelaku kesehatan, petugas Puskesmas dan posyandu aspek positif pentingnya pengaduan masyarakat dalam upaya memperbaiki pelayanan yang selama ini telah diberikan," kata Yulizar.
Dijelaskannya, salah satu hal yang terpenting dalam perbaikan pelayanan di bidang kesehatan terutama pelayanan di tingkat puskesmas dan posyandu adalah mencari input dan masukan dari masyarakat pengguna layanan.
"Kan, masyarakat yang menggunakan layanan, jadi masyarakat yang merasakan apakah mereka puas atau tidak terhadap pelayanan yang diberikan pemerintah," jelasnya.