REPUBLIKA.CO.ID, Setelah berkunjung ke Venezuela, Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad singgah ke Havana Kuba untuk bertemu Presiden Raul Castro. Pemimpin Iran terus menggalang dukungan di tengah ketegangan berkembang atas program nuklirnya.
Magnet Lawatan itu sempat teralihkan dengan kasus pembunuhan ilmuwan nuklir Iran dalam insiden bom mobil. Iran menuding konspirasi Israel dan AS dibalik serang tersebut.
Sang ilmuwan, Mostafa Ahmadi Roshan, menjadi ilmuwan nuklir keempat yang terbunuh dalam bom mobil dalam dua tahun terakhir.
AS menolak tuduhan keterlibatan apa pun. Iran pun menyeru kepada Dewan Keamanan PBB untuk mengecam pembunuhan tersebut. Namun badan tersebut tidak menanggapi seruan tiga insiden sebelumnya, juga pembunuhan terkini.
Sejumlah media memandang perjalanan kenegaraan itu adalah kesempatan memperkuat ikatan ekonomi dan politik yang sudah kuat antara Iran dan negara-negara Amerika Latin. Kuba, seperti negara yang disinggahi Ahmadinejad, Venezuela, Nikaragua dan Ekuador, memberi dukungan gamblang terhadap hak Teheran untuk mengembangkan kekuatan nuklir.
Ketika sanksi baru internasional mulai menggigit, hubungan dengan sekutu di Amerika Latin tersebut menjadi kian penting.