REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Duta Besar Tunisia untuk Indonesia, Mohamed Antar, mengatakan revolusi yang terjadi di negaranya karena peran para pemuda.
“Revolusi dan reformasi di Tunisia itu karena adanya pemuda, sama seperti di negara manapun,” ujar Antar saat berkunjung ke kantor Republika, Kamis (12/1).
Ia mengatakan, kondisi Tunia kini sudah stabil dan tidak ada gejolak-gejolak politik lagi. “Tunisia kini sedang masa transisi. Memang belum mencapai demokrasi, karena semua butuh proses,” katanya.
Menurut Antar, revolusi yang terjadi di negaranya bukan karena intervensi asing. Saat ini, Tunisia sedang berjuang untuk membangun kembali negara ini menjadi lebih baik.
Masalah seperti pekerjaan dan situasi perekonomian menjadi poin utama setelah jatuhnya rezim otoriter Zine El Abidine Ben Ali. Ben Ali melarikan diri dari negara itu bulan Januari lalu dan kini hidup dalam pengasingan di Arab Saudi. “Sepertinya, kecil kemungkinan ia akan kembali ke Tunisia. Tetapi beberapa keluarganya masih berada di Tunisia,” katanya.
Revolusi di Tunisia merupakan klimaks yang memicu gerakan rakyat di hampir seluruh Timur Tengah dan Afrika Utara. Apa yang kemudian dikenal sebagai “Arab Spring” atau pergolakan di dunia Arab, memicu warga untuk menentang penguasa otokratis dan mendesak reformasi di Mesir, Suriah, Bahrain, Yaman, Yordania dan Libya.
Menurutnya, rakyat Tunisia optimistis berhasil dalam proses demokratisasi pasca Ben Ali lengser. Antar juga mengaku mengambil pelajaran dari proses reformasi di Indonesia. “Semua butuh proses, sama seperti di Indonesia. Perbedaannya hanya Tunisia negara kecil, tidak seluas Indonesia,” ungkapnya.
Sebagai seorang duta besar yang bertugas di negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, Antar mengaku bangga dan merasa terhormat. “Walaupun berjauhan, tetapi hubungan Tunisia dan Indonesia cukup dekat. Apalagi banyak persamaan di antara keduanya,” pungkasnya.