REPUBLIKA.CO.ID, SHENZHEN - Sabuk di bagian perakitan Foxconn hanya bisa berjalan secepat pekerja yang paling lambat, sehingga semua pekerja dipantau (dengan kamera). Sebagian besar buruh bekerja sambil berdiri.
Pekerja tinggal sehari-hari di asrama, tepatnya ruang kotak berukuran 12 x 12 meter yang di dalamnya terdapat 15 tempat tidur. Mereka di susun mirip laci hingga hampir ke langit-langit.
Serikat buruh ilegal di Cina. Setiap pekerja yang mencoba membentuk serikat buruh akan dikirim ke penjara. Daisey mewawancarai beberapa pekerja sekaligus mantan pekerja yang secara diam-diam mendukung serikat.
Satu grup menyoal tentang 'hexane', pembersih layar iPhone. Hexane menguap lebih cepat ketimbang larutan pembersih layar lain, yang membuat produksi memang berjalan lebih cepat pula. Namun ia bersifat racun-syaraf. Tangan para pekerja yang bercerita kepada Daisey bergetar tanpa bisa dikendalikan.
Beberapa buruh bahkan sudah tak lagi bekerja karena tangan mereka rusak akibat melakukan hal yang sama ratusan ribu kali selama bertahun-tahun. Sebenarnya, menurut mereka, itu dapat dihindari jika para pekerja mendapat pergantian waktu dengan layak. Begitu tangan pekerja tak bisa melakukan apa-apa, tentu saja mereka dikandangkan.
Salah satu mantan pekerja meminta perusahaan untuk membayar upah lembur. Ketika perusahaannya menolak ia pergi ke dewan pekerja. Ironisnya dewan pekerja justru mencatatnya ke daftar hitam yang disebarkan ke perusahaan lain di kota itu. Pekerja yang masuk daftar hitam dicap sebagai 'pembuat masalah' dan tak ada perusahaan yang mau mempekerjakannya.
Satu pekerja pernah mengalami kecelakaan, tangannya ikut tergencet dalam proses pengepresan logam di Foxconn. Perusahaan tak memberi perhatian medis. Tangan si pekerja pria mulai membaik namun tidak bisa digunakan lagi seperti semula. Dengan enteng, Foxconn memecatnya. Untung pria tadi mampu menemukan pekerjaan baru di pabrik kayu. Ia menuturkan di sana jauh lebih baik, hanya 70 jam per pekan.
Omong-omong pria itu bertugas membuat casing metal dari iPad di Foxconn. Daisey menunjukkan iPad miliknya. Mantan pekerja Foxconn tadi rupanya tak pernah melihat satu pun iPad sebelumnya. Ia memegangnya dan memainkannya, lalu berkata dengan takjub, "Ini 'ajaib'".
Memiliki kedudukan penting, pabrik-pabrik di Shenzhen, meski bagaikan neraka, tapi juga anugerah besar bagi rakyat Cina, demikian pandangan ekonomis liberal, Paul Krugman. Kolumnis NY Times, Nicholas Kristof, yang leluhur istrinya berasal dari desa dekat Shenzen, paham betul apa maksud Paul.
Cerita mencekam di pabrik-pabrik, ujar Kristof, sesungguhnya lebih baik ketimbang saat menanam padi era lahan persawahan masih menjadi pencaharian utama.
Dari sisi itu, Apple membantu mengalirkan uang dari konsumen kaya Amerika dan Eropa bagi pekerja miskin di Cina. Tanpa Foxcoon dan pabrik perakitan lain, pekerja Cina mungkin masih bekerja di sawah dengan pendapatan hanya 50 dolar perbulan, alih-alih 250 dolar per bulan saat ini.
Kristof membuat perkiraan pada angka tersebut. Namun pada 2010, Reuters melaporkan pekerja Foxconn telah menerima kenaikkan upah sebesar 298 dolar per bulan atau 10 dolar perhari. Dengan jumlah itu, mereka dianggap lebih baik ketimbang dulu. Terutama kaum wanita yang tak memiliki alternatif lain.
Tapi tentu saja, alasan Apple merakit iPhone dan iPad di Cina, dan bukan di Amerika, karena perakitan di dalam negaranya sendiri dan juga di Eropa, atau negara Asia selain Cina jauh lebih mahal. Karena mereka telah menetapkan standar upah minimum untuk perawatan, perlakuan, upah, dan jaminan bagi pekerja.
Sementara Foxconn, bisa dibilang sama sekali tak mengusung upah standar dan perlakuan minimun terhadap tenaga kerja. Bila Apple memutuskan merakit iPhone dan iPad menggunakan peraturan buruh Amerika maka ada dua hal yang bakal terjadi: ( 1). Harga iPhone dan iPad pasti tinggi,(2) margin keuntungan Apple pasti turun.
Secara garis besar, iPhone dan iPad bisa berbanderol seperti saat ini karena mereka dirakit menggunakan praktek-praktek perburuhan ilegal bila diterapkan di negara lain, termasuk negara asal produk itu, Amerika. Karena bila itu dilakukan di tanah Amerika, rakyat pasti marah dan menuding sebagai bentuk ketidakadilan menjijikan. Ini bukan pendapat yang menghakimi. Fakta berbicara seperti itu.
Memang soal produksi adalah keputusan perusahaan dalam hal ini Apple, dan konsumen tak memiliki sangkut paut serta tak bisa disalahkan. Ketika, anda memegang gadget kesayangan anda, baik iPhone atau iPad, apa yang anda rasakan tentang kisah ini.